Ketua DPR RI Puan Maharani menerima kunjungan Presiden Iran Seyyed Ebrahim Raisi di Gedung DPR. Puan menekankan pentingnya peningkatan kerja sama bilateral Indonesia-Iran di berbagai bidang.
Di awal pertemuan Puan mengucapkan selamat datang kepada delegasi Presiden Iran di Indonesia. Menurutnya, kunjungan Presiden Iran untuk membahas peningkatan kerja sama kedua negara ini menjadi sebuah kehormatan.
"Semoga kunjungan Yang Mulia ke Indonesia dapat berdampak positif bagi kerja sama kedua negara dan bermanfaat bagi rakyat Indonesia dan Iran," kata Puan dalam keterangan tertulis, Selasa (23/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pertemuan ini, delegasi Presiden Iran dengan DPR menyepakati penguatan hubungan bilateral kedua negara. Puan berharap pertemuan bilateral ini dapat meningkatkan hubungan Indonesia dan Iran agar semakin baik, erat, dan menambah peningkatan volume perdagangan.
"Bukan hanya di bidang ekonomi, tapi juga di kesehatan, tambang, pendidikan, hubungan masyarakat, dan lain-lain," sebutnya.
Dalam kesempatan ini, Puan menyinggung pertemuannya dengan Ketua Parlemen Iran, Baqer Qalibaf pada Januari lalu. Pertemuan itu berlangsung di sela-sela Konferensi Persatuan Parlemen Negara Anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) atau Parliamentary Union of the Organisation of Islamic Cooperation (PUIC) ke-17 yang digelar di Aljazair.
Ia menyebut Iran sebagai salah satu mitra politik utama Indonesia, pada tingkat regional dan internasional sejak tahun 1950. Selain fokus pada pemberdayaan perempuan, hubungan bilateral antara Indonesia-Iran juga meliputi bidang kesehatan, ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), ekonomi-perdagangan, serta kerja sama dalam menciptakan kestabilan di Teluk Persia.
Puan pun mendorong isu penguatan hubungan bilateral dalam bidang ekonomi, perdagangan, dan investasi. Mengingat, pada tahun 2022 lalu total perdagangan kedua negara mencapai US$ 257,2 juta. Total tersebut meningkat 25 persen dibanding tahun 2021 yang bernilai US$ 208,9 juta.
"Saya juga mendorong peningkatan perdagangan kedua negara melalui pengesahan perundingan Preferential Trade Agreement (PTA) RI-Iran," jelas Puan.
Adapun ekspor utama Indonesia ke Iran meliputi kelapa sawit, kertas dan produk kertas, papan kayu, suku cadang turbin, gas, sabung mandi, dan karet. Sedangkan impor utama Indonesia dari Iran mencakup LPG, bitumen, aspal, petroleum jelly, paraffin wax, dan kurma.
Terkait isu pembayaran, ungkap Puan, saat ini kedua negara tengah mendapat sanksi dari negara barat. Oleh karena itu, ia menilai perlu adanya mekanisme pembayaran dalam mata uang lokal atau Local Currency Settlement.
"Saya berharap agar kehadiran Yang Mulia bisa memberi dorongan bagi upaya memperkuat hubungan ekonomi kedua negara," ucap mantan Menko PMK ini.
Lebih jauh, Puan mendukung peningkatan hubungan masyarakat Indonesia dan Iran. Ia berharap hubungan ini berkembang demi kemajuan serta kesejahteraan rakyat kedua negara.
"Hubungan antar generasi muda merupakan investasi bagi eratnya hubungan Indonesia dan Iran di masa depan," tuturnya.
Halaman Selanjutnya: Kerja Sama Iptek
Simak Video 'Pertemuan Jokowi-Presiden Iran: Dukung Palestina-Atasi Krisis Afghanistan':
Selain itu, Puan berharap ada kerja sama lebih jauh antara Indonesia dan Iran di bidang iptek. Peraih 2 gelar Doktor Honoris itu menerangkan Indonesia memiliki Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang dapat menjadi penggerak bagi kerja sama ilmu pengetahuan dan teknologi antar kedua negara.
"Kerja sama pendidikan juga berperan penting untuk dikembangkan dalam konteks kerja sama riset dan teknologi ini," urainya.
Ia juga berharap agar Presiden Ebrahim mendukung kerja sama parlemen Indonesia dengan parlemen Iran dalam menangani berbagai permasalahan global. Menurutnya, kedua negara perlu bekerja sama menciptakan perdamaian dunia dan menurunkan ketegangan di kawasan, seperti di Timur Tengah dan Asia Tenggara.
"Parlemen kedua negara sebagai penjaga (guardian) demokrasi dapat bertukar pikiran dalam upaya menjaga berjalannya demokrasi, rule of law, dan hak asasi manusia di negara kita masing-masing," terang Puan.
Lebih lanjut, Puan menyambut baik terpilihnya Parlemen Iran bersama DPR RI sebagai Anggota Ad Hoc Komisi Muslim Minoritas PUIC. Indonesia dan Iran bertugas menangani tantangan Muslim minoritas di seluruh dunia, termasuk masalah Islamophobia.
Puan berharap Indonesia dan Iran terus saling mendukung di forum-forum parlemen internasional, terutama di Inter-Parliamentary Union (IPU), Asian Parliamentary Assembly (AIPA), dan Non-Alignment Movement Parliamentary Network (NAM-PN).
Untuk tahun ini, DPR RI memegang keketuaan ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA). Puan mengajak Iran berpartisipasi dalam Sidang Umum AIPA yang akan dilaksanakan pada Agustus 2023 di Jakarta.
"Selaku Presiden AIPA, saya siap untuk mendapat masukan dari Iran dalam upaya mencapai perdamaian dan kesejahteraan kawasan dan global," ucapnya.
Selain menyepakati peningkatan kerja sama di berbagai bidang, pertemuan Puan dan Presiden Ebrahim juga menyepakati dukungan kerja sama parlemen untuk mendorong kesepakatan-kesepakatan antara Pemerintah Iran dengan Pemerintah Indonesia.
"Ke depannya kami sepakat kedua negara akan sama-sama mendukung perdamaian, bukan hanya yang ada di kawasan, tapi juga di dunia," tegas Puan.
Puan pun berharap DPR dapat berkontribusi bagi upaya memperkuat hubungan bilateral kedua negara, termasuk hubungan antar parlemennya.
"DPR dapat membantu implementasi kesepakatan internasional yang disetujui pemerintah Indonesia dan Iran. Sehingga kesepakatan internasional dapat dilaksanakan dan berdampak langsung bagi masyarakat," paparnya.
Halaman Selanjutnya: Apresiasi Presiden Iran dalam Kunjungan ke DPR
Presiden Ebrahim mengaku senang bisa datang ke DPR RI. Bahkan, ia mengundang Puan untuk berkunjung ke Iran bersama delegasi DPR lainnya.
"Saya bangga bisa bertemu wakil rakyat Indonesia. Pemerintah boleh berganti tapi hubungan masyarakat Indonesia dan Iran harus selalu langgeng," ungkapnya.
Ia mengatakan Indonesia dan Iran punya hubungan yang spesial. Dikatakannya, hubungan antara Indonesia dengan Iran didasarkan dari hati, bukan sekadar diplomasi.
Sebagai informasi, Presiden Ebrahim datang pada sore hari didampingi sejumlah delegasi Iran, di antaranya Menteri Luar Negeri Iran Amirabdollahian, Menteri Teknologi, Informasi dan Komunikasi Iran Isa Zarepour, dan Menteri Perminyakan Iran Javad Owji. Sementara itu, Puan didampingi oleh Wakil Ketua DPR Lodewijk F Paulus dan Wakil Ketua Komisi I DPR RI Utut Adianto.
Dalam kesempatan ini, Puan turut menceritakan sejarah Gedung DPR yang dibangun oleh Presiden pertama Indonesia, Soekarno. Khususnya Gedung Kura-kura yang menjadi lokasi pertemuan.
Sebelum bertemu Puan, Presiden Ebrahim dan Ibu Negara Jamileh Alamolhoda serta delegasi Iran diterima oleh Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor pada Selasa (23/5) pagi. Pertemuan kedua presiden menyepakati sejumlah kerja sama antarnegara.