Brigadir Agus Rifandi merangkul anak-anak jalanan di Surabaya, Jawa Timur, untuk dibina. Anggota Unit Opsnal Reskrim Polsek Pabean Cantikan, Polres Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya itu ingin anak jalanan mandiri melalui usaha nasi goreng.
Kepedulian Brigadir Agus kepada anak jalanan ini membuat dirinya diusulkan untuk Hoegeng Awards 2023 melalui formulir digital http://dtk.id/hoegengawards2023. Pengusul adalah warga Surabaya Muh. Said (44).
Said menjelaskan bahwa Brigadir Agus tidak hanya membukakan usaha nasi goreng kepada para anak jalanan. Akan tetapi, mereka juga diajak untuk mengenal agama hingga cara bersosialisasi dengan masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikcom menghubungi Said untuk mendapatkan cerita lebih dalam. Said menyebut Brigadir Agus sangat bertanggung jawab terhadap anak binaannya itu.
"Dia merekrut anak-anak jalanan, terus setelah itu dididik. Dididiknya itu bukan dalam hal bekerja aja, dalam hal bersosial sama masyarakat, kebetulan saya pengurus musala, kadang mereka diarahkan ke musala, supaya mengerti dalam hal agama," kata Said kepada detikcom, Senin (17/4/2023).
![]() |
Said menyebut sudah banyak anak jalanan yang diberdayakan oleh Brigadir Agus. Bahkan para anak jalannya itu bisa membuka usahanya sendiri.
"Saya nggak pernah menghitung, saya kira banyak, istilahnya dibina terus keluar dan buka usaha sendiri itu sudah banyak," tutur dia.
Said yang juga seorang pengurus RT bercerita mengenai perjuangan Brigadir Agus saat ini membuka usaha untuk anak jalanan itu. Pihak RT sempat was-was dengan anak jalanan itu.
"Memang ada beberapa hal yang diwas-waskan dalam lingkup kepengurusan, tapi dengan ketentuan ke-RT-an saya konfirmasi ke Pak Agus gimana cara mengendalikan dan mempercayakan supaya anak-anak itu sesuai dengan aturan. Jadi tidak ada hal yang meresahkan, jadi mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh RT kita jalankan saja, dan nggak ada masalah," tutur Said.
Brigadir Agus dikenal sosok yang supel oleh masyarakat. Said menyebut Brigadir Agus aktif pada kegiatan masyarakat dan menyempatkan diri untuk hadir jika tidak sedang bertugas.
"Dia itu memang jarang di rumah karena tugas, tapi kalau ada hal-hal kegiatan, nggak datang orangnya dia konfirmasi ke masyarakat mungkin gantinya ngasih konsumsi atau sebagainya sebagai ganti ketidakahadiran beliau, kalau (libur) beliau hadir dalam kegiatan masyarakat," tuturnya.
"Jadi orangnya memang supel, dalam masyarakat itu suka membantu sekali, jadi tidak tanggung-tanggung dalam membantu," imbuhnya.
Merangkul Anak Jalanan
detikcom juga menghubungi salah satu karyawan usaha nasi goreng yang digagas oleh Brigadir Agus. Dia adalah Alfan (25) atau biasa disapa Gondrong.
"Awalnya kerja di sini teman-teman yang ngajak, kan teman-teman banyak yang anak jalanan gitu, anak punk, terus diajak gitu 'mau kerja, ikut polisi'. Ya udah dari pada di jalanan, ngamen, nganggur, okelah berangkat ke Surabaya," kata Gondrong kepada detikcom.
Gondrong bergabung dengan usaha nasi goreng ini sejak 6 tahun yang lalu saat masih berusia 19 tahun. Gondrong awalnya sempat takut karena bekerja dengan polisi.
"Ya pertamnya ya takut soalnya polisi, sedangkan kita kan anak jalanan. Jadi (Brigadir Agus, red) bilang 'Nggak apa-apa, nanti kehidupanmu akan saya ubah di Surabaya, jadi nggak ada yang minum (mabuk-mabukan- red), begini, begini' jadi ya alhamdulillah sampai sekarang berubah. Sifat-sifat negatif sekarang bisa jadi positif," tutur Gondrong.
![]() |
Sosok Bapak Bagi Anak Jalanan
Bagi Gondrong, Brigadir Agus adalah sosok seorang bapak. Gondrong mengaku dia dan teman-temannya bisa mandiri dengan usaha nasi goreng yang dibina oleh Brigadir Agus ini.
"Kalau menurut saya sih ya baik orangnya, mensejahterakan karyawannya, kalau saya sendiri sih kayak sosok bapak. Kan saya sendiri nggak ada sosok bapak dari kecil, 5 tahun, jadi di sini saya nganggapnya menurut saya Pak Agus ini seperti ayah saya sendiri," sebut Gondrong.
Pada awal bekerja dengan Brigadir Agus, Gondrong mulanya bantu-bantu memasak nasi goreng. Kini, semua pembukuan mengenai usaha nasi goreng ini ditangani oleh Gondrong.
"Saya mulai bantu-bantu, kayak masak, terus disuruh belanja, terus sampai sekarang suruh ngurusi semua cabangnya, pembukuannya, dipercaya. Ya alhamdulillah sampai sekarang dipercaya," jelas Gondrong.
Awal Mula Bina Anak Jalanan untuk Jualan
Anak jalanan yang bekerja dengan Brigadir Agus ini mayoritas berasal dari Kediri, Jawa Timur. Brigadir Agus terketuk pintu hatinya ketika melihat banyaknya anak jalanan di hampir setiap lampu merah di Kediri.
"Saya sering ke Kediri, mertua saya kan orang Kediri. Di Kediri itu saya langganan nasi goreng di Jalan Dhoho, nasi goreng arang. Di jalanan itu pas saya pulang ke Kediri itu banyak anak-anak jalanan di pinggir jalanan lampu merah, hampir semua lampu merah banyak anak-anak punk yang ngamen," kata Brigadir Agus kepada detikcom.
Brigadir Agus kemudian menghubungi pihak nasi goreng dan anak jalanan itu. Awalnya ada 2 anak jalanan yang diajak Brigadir Agus. Mereka kemudian belajar membuat nasi goreng arang di Kediri.
"Jadi 2 orang itu saya bawa, saya kenalin, saya ajak 'ayok kalau mau jualan di Surabaya mau ndak? Saya mau buka nasi goreng, tapi kamu belajar dulu di orang ini', 'oh mau, Pak'. Satu bulan mereka itu belajar di sana, nah dirasa bisa saya coba buka 1 lokasi di Surabaya dengan 2 karyawan itu, 2 anak-anak jalanan itu," tutur Agus.
Usaha nasi goreng itu pertama kali dimulai pada tahun 2015. Brigadir Agus mengeluarkan dana sebesar Rp 20 juta untuk modal usaha dan biaya kos-kosan 2 anak jalanan itu.
"Alhamdulillah cabang pertama itu jalan dengan lancar dan nutuplah untuk uang mereka di Surabaya. Saya coba untuk buka lebih besar lagi, saya coba buka 4 cabang Surabaya, anak 2 ini tak suruh panggil teman-temannya ke Surabaya. Saya sewakan mes yang menurut saya layak untuk ditempatin," kata dia.
Brigadir Agus menyebut mayoritas anak jalan yang dijumpainya hidup di jalanan karena terpaksa dengan keadaan. Karena itulah Agus ingin memberdayakan mereka dengan kegiatan yang positif.
"Saya kan dinas di reserse kriminal dan opsnal juga, lapangan, jadi rata-rata orang yang saya tangkap itu anak jalan itu kayaknya karena keadaan saja, ada beberapa yang memang dari hati, tapi ada beberapa kerana terpaksa karena keadaan saja. Jadi mereka sampai nyopet, nyolong itu karena memang statusnya nggak jelas kalau menurut saya," tutur dia.
![]() |
Sempat Diragukan Warga Setempat
Bertugas sebagai anggota di unit reskrim itu, membuat Brigadir Agus mengenal secara dalam karakter anak jalanan. Warga setempat sempat was-was dengan anak jalanan yang dibina oleh Brigadir Agus untuk berjualan nasi goreng.
"Rata-rata tatoan, telinganya itu tindikannya itu model anak punk itu. Jadi nyampe Surabaya itu memandang mereka sebelah mata, sepertinya seperti itu. Saya coba bicara dengan bapak RT dan tetangga-tetangga dan menjelaskan mereka tidak berbuat onar dan kalau ada apa-apa saya yang tanggung jawab," ungkap Brigadir Agus.
Para anak jalanan itu disebut mampu menjalankan usaha dengan baik. Mereka juga diajarkan ilmu agama dan cara bersosialisasi dengan masyarakat setempat.
"Dan alhamdulillah mereka nggak ada yang bikin masalah di kampung. Saya ajarin mereka untuk salat, yang pertama memang nggak bisa sama sekali. Saya bawa ke musala, nah saya ajak ke sana saya suruh ajarin ustaz di sana dan alhamdulillah sekarang mereka bisa, dan usahanya juga ikut berkembang. Jadi banyak yang saya tampung di Surabaya," tutur dia.
Hingga saat ini, usaha nasi goreng itu telah memiliki 10 cabang di Surabaya, 2 cabang di Cilegon, Banten dan 2 cabang di Bali. Semua usaha nasi goreng itu dikelola oleh anak jalanan yang dibina Brigadir Agus.
"Kalau di Bali ada 2 cabang juga, masih baru 3 bulanan. Saya percaya aja sama mereka, yang penting jalan dulu. Yang berdua awal mula berdua ikut saya itu 1 saya suruh ngurusin di Bali," tutur dia.
Brigadir Agus membuka usaha untuk anak jalanan ini agar kehidupan mereka menjadi lebih baik. Agus menyebut hasil penjualan nasi goreng tersebut mayoritas untuk keberlanjutan usaha dan anak jalanan tersebut.
"Pertama dulu saya nggak mikir pembagian hasil, yang penting kehidupan mereka itu lebih layak dulu, kalaupun ada sisa berarti ada rezeki saya. Kalau sekarang ya untuk pembayaran ya alhamdulillah tetap untuk mereka dulu ya kalau ada sisa ya buat saya," tutur dia.
Brigadir Agus telah mendapatkan izin dari pimpinan di Polsek Pabean Cantian untuk membina anak jalanan ini. Pimpinan Polsek juga disebut mendukung kegiatan Brigadir Agus ini.
"Mendukung sampai sekarang, tiap pergantian Kapolsek masih dukung, kadang kalau ada acara di Polsek juga saya datangkan rombong ke sana, borongan," jelasnya.
Pendaftaran Hoegeng Awards 2023 telah resmi ditutup per Kamis, (27/4/2023) per pukul 00.00 WIB. Artikel calon kandidat penerima Hoegeng Awards yang naik setelah tanggal tersebut, merupakan tindaklanjut tim redaksi detikcom dari usulan masyarakat yang masuk sebelum pendaftaran ditutup.
(lir/hri)