Betawi memiliki seniman perempuan yang namanya harum di dunia tari. Kartini Kisam, generasi ketiga dari seniman tari topeng khas Betawi ini memiliki prestasi yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebab, tidak hanya termashur di dalam negeri saja, lentik jemari Kartini pun tersohor hingga Afrika.
"1981 di Hong Kong, festival di Hong Kong itu pertama yang saya keluar negeri. Kemudian saya akhir 2007 itu ke Mesir sama Nigeria, Afrika. Saya merasa gini, kok ternyata penari dari kampung bisa juga ke luar negeri gitu ya. Itu satu kebanggaan buat saya sendiri bisa tampil di luar negeri dengan penonton yang begitu antusias," tutur Kartini kepada tim Sosok detikcom, Senin (17/4).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kartini membagikan rahasianya agar tari topeng yang diperagakannya bisa diminati banyak orang. Selain mengenal ketiga karakter topeng, ia juga harus mempelajari teknik khusus agar topeng bisa terlihat hidup.
Menurutnya, seorang penari harus dapat merasakan topeng sebagai sebuah wajah. Dengan demikian, ia mampu mendukung rupa itu dengan gerakan-gerakan tari yang sesuai. Olah tubuh juga harus seirama dengan musik. Dengan demikian, setiap tindakan menjadi sebuah harmoni yang utuh.
"Faktor kesulitannya dia harus memahami musik, terus juga mengatur pernapasan, mengatur karakter topeng itu sendiri. Karena kalau nggak memahami jadi datar aja, antara yang putih, yang pink, yang merah ya. Misalnya yang Panji, Samba, dan yang laki-laki itu, yang gagah itu. Itu datar gitu kalau mereka belum bisa menguasai. Ya itu, jadi harus pakai rasa," katanya.
Berkat kegigihannya mempelajari tari topeng sejak belia, Kartini pun bisa menginjakkan kaki di berbagai belahan dunia. Menurutnya, ini merupakan prestasi yang sangat ia banggakan. Sebab, ia bisa mempertontonkan budaya Betawi di hadapan para pemimpin negara di tempat ia tampil.
Ia mengatakan, setiap penampilannya tidak pernah mengecewakan para penonton. Sebaliknya, ucapan selamat serta puji-pujian muncul begitu Kartini selesai menari.
"Setelah saya selesai nari topeng mereka bangun, tepuk tangan, kayak melihat konser. Yang saya rasanya bersyukur dan bangga," kenangnya.
Di balik rasa bangganya sebagai pelestari budaya Betawi, Kartini pun terus berusaha agar tarian ini tidak berhenti sampai di dirinya saja. Meski anaknya tidak ada yang melanjutkan profesinya, ia tetap mencari cara agar Tari Topeng Betawi tidak terhempas zaman. Untuk itu, Kartini pun terjun sebagai pengajar tari di berbagai sekolah serta mendidik generasi beli di kampungnya.
"Jadi saya nggak cuma sampai saya aja, nanti masih ada keponakan saya, ada cucu saya, terus ada generasi anak-anak bimbingan, yang saya bimbing gitu kan, anak didik saya gitu. Jadi bersyukur sih, jadi nggak putus asa, jadi insya Allah masih ada penerus gitu," tutupnya.