Kota Depok lagi-lagi memperoleh skor toleransi rendah. Tercatat, sudah tiga tahun berturut-turut Depok masuk kategori kota intoleran di Indonesia versi SETARA Institute.
Dirangkum detikcom, Jumat (7/4/2023), SETARA selama tiga tahun terakhir telah mengeluarkan tiga laporan Indeks Kota Toleransi.
IKT 2020
Pada tahun 2021, berdasarkan laporan Indeks Kota Toleransi (IKT) tahun 2020 yang dirilis oleh SETARA Institute, Depok termasuk kota dengan indeks toleransi terendah. Kota Depok adalah kota yang menempati posisi ke-86 sebagai kota dengan tingkat peristiwa intoleransi tertinggi. Hal ini berdampak pada skor yang rendah, yakni 2,00.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Skor ini pun didasari pertimbangan bahwa selama periode penilaian, di Kota Depok telah terjadi lima peristiwa intoleransi dan pelanggaran hak atas kebebasan beragama/berkeyakinan.
Lima peristiwa tersebut adalah pengajuan Rancangan Peraturan Daerah Kota Depok dalam Rangka Penyelenggaraan Kota Depok sebagai Kota Religius, diskriminasi terhadap dua siswi berjilbab yang ingin melakukan praktik kerja lapangan, pelarangan perayaan Valentine's Day, kesepakatan rapat soal Raperda Kota Religius, dan demonstrasi yang meminta warga Ahmadiyah di Masjid Al-Hidayah menghentikan kegiatan.
Direktur Riset SETARA Institute Halili Hasan mengatakan intoleransi di Depok bisa semakin buruk. Hal ini tampak dari munculnya politik favoritisme dari kaum konservatif.
"Kalau melihat tren, tampaknya intoleransi akan semakin buruk, terutama karena politik favoritisme pada narasi kelompok konservatif," kata Halili kepada detikcom, Senin (15/11/2021).
IKT 2021
Kemudian pada tahun 2022, Kota Depok kembali menjadi kota yang mendapat skor toleransi paling rendah dalam laporan Indeks Kota Toleran (IKT) 2021 versi SETARA Institute. SETARA Institute membeberkan alasannya.
Kota Depok menduduki peringkat ke-94 atau paling bawah dalam laporan IKT 2021 itu. Sedangkan di atas Depok, ada Banda Aceh, yang menduduki peringkat ke-93.
SETARA menjelaskan temuan mereka mengenai Depok dan Banda Aceh. Menurut SETARA Institute, kedua kota itu masih terjebak dalam siklus intoleransi atas hubungan mayoritas-minoritas.
"Kedua kota ini berdasarkan temuan SETARA Institute sampai 2021 masih terjebak dalam siklus intoleransi atas hubungan mayoritas-minoritas," tulis SETARA Institute dalam keterangannya, Rabu (30/3/2022).
SETARA menilai salah satu kota itu memiliki keberpihakan terhadap agama tertentu. Hanya, kebijakan untuk penganut agama lain dalam kota itu belum tecermin jelas.
"Bahwa pada salah satu kota, keberpihakan terhadap agama tertentu telah menjadi distingsi, akan tetapi perimbangan kebijakan untuk penganut agama lainnya belum tecermin secara jelas," tuturnya.