Melalui program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL), BRI berinisiatif membantu mengatasi masalah sampah melalui program 'BRI Peduli Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)' yang terintegrasi dengan program-program BRI lainnya. Program-program tersebut antara lain berupa program pengolahan sampah di desa-desa yang menjadi bagian dari program Desa BRILiaN.
Salah satunya diimplementasikan di Desa Jatihurip, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Desa ini merupakan bagian dari Desa BRILiaN 2020 yang bertujuan menghasilkan role model dalam pengembangan desa, melalui implementasi praktik kepemimpinan desa yang unggul dengan semangat kolaborasi demi mengoptimalkan potensi desa berbasis SDG's.
Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup (2019), rata-rata sampah yang dihasilkan masyarakat Tasikmalaya adalah 3,63 liter/orang/hari atau 0,44 kg/orang/hari. Kini, timbunan sampah di Tasikmalaya sudah mencapai lebih dari 291 kg/hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menilik data tersebut, Program BRI Peduli TPST di Desa Jatihurip perlu dilakukan untuk mengurangi volume sampah Desa Jatihurip sekaligus volume sampah di Kabupaten Tasikmalaya.
Kepala Desa Jatihurip Dadang Mursyid (46) mengatakan pada awalnya, desanya terpilih lantaran memiliki keunggulan di bidang pengembangbiakan ikan. Melihat potensi tersebut, BRI menilai Desa Jatihurip layak untuk dijadikan destinasi wisata edukasi budidaya ikan.
Dadang menjelaskan desanya memiliki banyak aliran sungai untuk mendukung kegiatan budidaya ikan tersebut. Namun, terkendala oleh banyaknya sampah yang masih berserakan sehingga berpotensi mencemari air sungai untuk budidaya ikan.
Akhirnya pada 2020, BRI memberikan bantuan berupa tempat pembuangan sampah atau bank sampah. Sehingga, sampah-sampah di sekitar Desa Jatihurip bisa ditampung untuk kemudian dipilah.
"Masalah sampah ini masalah yang besar bagi masyarakat kami. Kami berpikir harus menyelesaikan masalah sampah ini sehingga saya komunikasikan ke BRI, dan mereka merespons bagaimana cara mengatasi sampah ini," ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (1/4/2023).
Dadang mengatakan sebelumnya banyak warga desa yang tidak peduli terhadap masalah sampah. Namun berkat program pelatihan pengelolaan sampah terpadu dari BRI, tingkat kesadaran masyarakat meningkat.
Lebih lanjut, Dadang menuturkan Program BRI Peduli TPST itu terdiri dari pelatihan pilah sampah, pelatihan penguatan kelembagaan, serta manajemen bisnis Bank Sampah di Desa Jatihurip. BRI juga memberikan bantuan berupa mesin penghancur sampah anorganik.
Dengan alat tersebut, lanjut Dadang, pihak desa memiliki pendapatan tambahan karena sampah anorganik yang telah diolah bisa dijual ke pengepul. Pendapatan tersebut digunakan untuk kepentingan operasional pengelolaan sampah, seperti membayar upah pengangkut sampah.
Sementara itu, koordinator pengelolaan sampah di Desa Jatihurip Munajat (43) menyampaikan warga dilatih untuk memilah sampah menjadi sampah organik dan anorganik. Untuk sampah anorganik akan diolah dan dijual, sementara sampah organik dijadikan budidaya maggot.
"Plastik ini kita jual ke pengepul Rp 5.000 sampai dengan Rp 6.000 per kilo. Uangnya kita gunakan untuk operasional, nanti itu dikumpulkan dalam kas desa. Pengelola sampah juga harus mendapatkan upah atas kerja mereka," ucapnya.
Munajat mengungkapkan masyarakat desa sebelumnya bersikap apatis terhadap isu sampah. Namun berkat program dari BRI, masyarakat sekarang menjadi lebih patuh.
Di sisi lain, Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto menerangkan integrasi program TJSL yang dilakukan BRI tidak hanya berdampak terhadap pemberdayaan ekonomi desa. Melainkan turut berperan dalam mendorong kesadaran masyarakat untuk menjaga keseimbangan alam serta kebersihan lingkungan melalui pengolahan sampah yang tepat.
"Di Desa BRILiaN, program BRI Peduli TPST akan mendorong kesadaran masyarakat tentang pengolahan sampah sehingga menjadi desa teladan dan inspirasi bagi desa sekitar," pungkasnya.
(fhs/ega)