Harmoko tentang Petunjuk Bapak Presiden hingga Hari-hari Omong Kosong

Harmoko tentang Petunjuk Bapak Presiden hingga Hari-hari Omong Kosong

Sudrajat - detikNews
Selasa, 28 Feb 2023 18:14 WIB
Menteri Penerangan Harmoko tengah memotret Menko Polkam Laksamana (Purn) Sudomo di sebelum sidang kabinet terbatas bidang Ekuin di Bina Graha, 4 Oktober 1989
Foto: Harmoko dan Sudomo (Dok. Antara)
Jakarta -

Ada satu kalimat yang biasa terlontar setiap kali Menteri Penerangan Harmoko menyampaikan pernyataan pers usai sidang kabinet, "Menurut Petunjuk Bapak Presiden". Kalimat tersebut akhirnya menjadi bahan olok-olok publik, termasuk sebagian kalangan wartawan.

Sebagai Menteri Penerangan, 1983-1997 dia dianggap tak kreatif dan punya pendapat pribadi karena semua yang disampaikan seolah cuma membebek apa kata Presiden. Karena seringnya tampil di televisi untuk menyampaikan kebijakan-kebijakan pemerintah yang sifatnya normatif serta banyak mendapat kritikan dari para aktivis, nama Harmoko pun kemudian diplesetkan menjadi Hari-hari Omong Kosong.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana reaksi pendiri harian Pos Kota dan mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia itu? "Sikap saya? Biasa saja. Saya merasa tidak perlu marah mendengar pelesetan semacam itu," tulis Harmoko dalam buku "Autobiografi Harmoko: Bersama Rakyat ke Gerbang Reformasi" yang diluncurkan pada Sabtu, 25 Februari 2023, di Jakarta Theater.

ADVERTISEMENT

Buku setebal 640 halaman itu, menurut Azisoko, putra Harmoko, ditulis sang ayah sejak 1999 hingga 2004. Ia bersama ibundanya, Sri Romadhiyati, baru menemukan draf buku tersebut beberapa waktu setelah sang ayah berpulang pada 4 Juli 2021.

Dalam otobiografinya Harmoko mengaku tahu benar bahwa kalimat tersebut sering ditafsirkan lain oleh masyarakat. Seolah-olah, apa yang dia lakukan hanya berdasarkan petunjuk. Kesan seperti itu, tentu, boleh-boleh saja. Masalahnya, dia memang harus selalu mengatakan demikian, karena Mandataris MPR-lah yang secara konstitusional bertanggung jawab terhadap kebijakan yang digariskan.

"Ingat, para menteri hanya pembantu yang memperoleh penugasan dari Presiden. Dengan sendirinya, menjadi kewajiban Presiden untuk memberikan petunjuk kepada para pembantunya," tulis Harmoko yang pertama kali dilantik sebagai Menteri Penerangan pada 23 Maret 1983.

Lebih lanjut Harmoko mencontohkan manakala sidang kabinet membahas persoalan-persoalan ekonomi, Presiden Soeharto hampir tidak pernah tidak memberikan petunjuk. Sejauh pengamatannya, Soeharto - yang notabene berlatarbelakang militer - sangat menguasai data dan problem perekonomian. Laporan para menteri bidang ekonomi sangat mudah dicernanya, sehingga bisa seketika memberikan petunjuk dengan suatu solusi sekaligus keputusan. "Wajar kalau saya mengatakan "petunjuk presiden", karena kenyataannya memang begitu," tegas Harmoko yang lahir di Nganjuk, Jawa Timur pada 7 Februari 1939.

Sejak menjadi Menteri Penerangan dan ikut serta dalam sidang kabinet, dia selalu mencatat segala hal yang berlangsung selama sidang. Mungkin karena punya latar belakang wartawan, dia lebih suka mencatatnya sendiri, ketimbang dicatat oleh staf. Dari situ, dia berupaya untuk selalu fokus agar dapat merangkum semua materi pembahasan seakurat mungkin.

"Setidaknya, saya tahu mana yang berbau news dan patut diketahui rakyat, mana yang harus rinci, dan seterusnya. Itu semua saya tulis, lalu saya jelaskan kepada khalayak," bebernya.

Sebagai Menteri Penerangan tentu dia juga dituntut untuk mampu memilih dan memilah informasi mana yang memang sangat dibutuhkan masyarakat banyak. Misalnya, sewaktu harga semen naik gila-gilaan. dia harus menjelaskan secara detail karena disadarinya informasi tersebut sangat ditunggu oleh masyarakat. "Saya berupaya untuk tidak keluar dari konteks. Lagi pula, saya toh tidak sedang bicara tentang pandangan saya," pungkasnya.




(rdp/rdp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads