Bukan pemandangan asing di kelurahan Rangga Mekar, Bogor, jika mendapati pos-pos berwarna merah-kuning-hijau tersebar di beberapa titik. Pos tersebut berfungsi sebagai penampungan sampah terpilah: merah untuk sampah plastik; kuning untuk sampah logam dan kaca; serta hijau untuk sampah kertas.
Pos-pos itu diberi nama Pos Pandai, akronim dari 'Pusat Olah Sampah Pilah, Ambil, Nabung, Daur Ulang, Alat dan Inovasi'. Diinisiasi oleh komunitas Bank Sampah Rangga Mekar. Pos Pandai mengajak masyarakat agar membiasakan diri memilah sampah dari rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ide tentang Pos Pandai tak tercetus begitu saja. Semua bermula dari kegelisahan tentang persoalan sampah yang tak kunjung usai di kelurahan Rangga Mekar.
Sandi Adam, salah satu warga Rangga Mekar. melihat sendiri banyaknya tumpukan sampah yang muncul di sekitar tempat tinggalnya akibat perilaku masyarakat yang masih abai akan kebersihan.
"Tahun 2012, kita kan punya bibit gratis, saya sama teman-teman Bogor berpikir, apa yang bisa kita perbuat di kampung sendiri. Akhirnya kita manfaatkan lah eks-TPAS (Tempat Pembuangan Akhir Sampah) kota Bogor. Akhirnya, kita ngomong sama masyarakat itu untuk coba menanam pohon di atas permukaan sampah," kenang Sandi di program Sosok detikcom.
Namun, nyatanya aksi tersebut tak membuat warga sekitar berhenti membuang sampah sembarangan. Sandi mengatakan, pada tahun 2015, situasinya malah semakin parah. Ia mendapati ada salah satu warga yang mengumpulkan lingkungan rumah hingga tidak layak ditempati.
"Jadi dulu di Rangga Mekar ada salah satu rumah yang dalam satu keluarga itu memang dia punya sedikit gangguan kejiwaan. Si bapak ini sering diminta warga buat buang sampah. Sampah-sampah yang dibuang sama warga itu kemudian dia kumpulin, yang memiliki nilai jual dikumpulkan di rumahnya sampai penuh. Sampai suatu ketika, anaknya bilang kalau sudah nggak bisa tinggal di rumahnya lagi karena sudah penuh oleh sampah," jelas Sandi.
Kenyataan miris itu justru membuka mata Sandi.Pengalamannya melihat rumah yang penuh dengan sampah plastik, itu memantik ide Sandi untuk mendirikan Bank Sampah di Rangga Mekar.
Pada mulanya, Sandi mengadopsi konsep bank sampah yang sudah ada di wilayah-wilayah lain. Warga diminta memilah sampah dari rumah, lalu dibawa ke bank sampah untuk ditimbang, dan sebagai gantinya warga akan mendapat uang sesuai dengan harga yang sudah ditentukan bank sampah.
Namun, baru setahun bank sampahnya beroperasi, Sandi menyadari intensi warga tak sesuai dengan cita-citanya. Warga tidak memilah sampah demi lingkungan, namun demi cuan.
Warga jadi perhitungan. Ketika menyadari bahwa keuntungan yang didapat tak sebanding dengan usaha memilah dan mengantar sampah ke bank sampah, warga mulai berhenti berdatangan. Operasional Bank Sampah Rangga Mekar macet, warga juga berhenti memilah sampah.
Menghadapi persoalan ini, Sandi dan kawan-kawan mencetuskan sistem Pos Pandai. Selain mendekatkan diri dengan para warga yang peduli, Pos Pandai juga menginisasi warga untuk mengubah pola pikir. Sandi menuturkan, dengan Pos Pandai, masyarakat diajak untuk mengumpulkan dana kolektif guna memenuhi kebutuhan Bersama.
(nad/vys)