Upaya Pemerintah Kota Semarang dalam menangani isu perempuan dan anak menarik perhatian Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga. Sebab Pemkot Semarang nilainya cukup serius dalam menangani isu perempuan dan anak.
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan ada sejumlah ibu-ibu dari kelompok subsisten Asmaradhana yang sudah mendapatkan pendampingan. Mereka yang mendapatkan pendampingan tidak hanya diajarkan untuk memberdayakan keluarga tapi juga lingkungan sekitar.
"17 ibu-ibu dari kelompok subsisten Asmaradhana sendiri sudah mendapat 2 tahun pendampingan. Pendampingan tersebut mulai dari Bank Indonesia, Syanaz Nadya Winanto, hingga Pemerintah Kota Semarang. Dengan harapan bahwa Ibu-ibu ini nanti tidak hanya berhenti untuk memberdayakan keluarganya, tetapi juga memberdayakan lingkungan sekitar," katanya dalam keterangan tertulis, Senin (20/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut diungkapkan olehnya saat memberikan sambutan dalam Workshop Rorokenes di Ngesrep, Kecamatan Banyumanik, hari ini.
Ia pun turut memberikan apresiasi kepada Rorokenes, Syanaz Nadya Winanto dengan kiprahnya turut andil dalam pembinaan kelompok subsisten Asmaradhana.
"Mbak Syanaz bukan hanya kebanggaan Bank Indonesia saja, tetapi juga Kota Semarang. Beliau sangat luar biasa, pernah waktu itu di Rusia produknya ditahan tidak boleh masuk. Karena waktu itu dikira palsu, dikira produknya Bottega Veneta," jelasnya.
Sementara itu Bintang Puspayoga mengatakan Pemkot Semarang cukup serius dalam mengatasi isu perempuan dan anak.
"Saya sering datang ke Kota Semarang, mudah-mudahan tidak membosankan. Karena memang membahas isu mengenai perempuan dan anak, ini kan isu yang sangat kompleks. Komitmen yang luar biasa terhadap isu perempuan dan anak di Pemerintah Kota Semarang, itulah yang membuat saya sering datang ke sini," kata Bintang.
Ia menerangkan kementerian yang dipimpin olehnya mendapatkan 5 arahan dari Presiden Joko Widodo, salah satunya terkait pemberdayaan perempuan.
"Kami di kementerian ini, diberi 5 arahan dari Bapak Presiden. Salah satu arahannya, bagaimana memberdayakan perempuan di bidang kewirausahaan yang berspektif gender. Nah, kami melihat, ini adalah hulu dari penyelesaian isu-isu lainnya," jelasnya.
"Sangat menarik yang di Kota Semarang ini yang diberdayakan adalah ibu-ibu yang anak-anaknya berkebutuhan khusus dan terdapat 25 persen penyintas KDRT. Dan itu memang kami banget. Kami ingin melihat bagaimana ibu-ibu yang boleh dikatakan sebagai penyintas ini bisa mandiri. Mbak Syanaz, saya terima kasih banyak, kalau cuma bicara pendampingan dari ekonomi, dari sisi bisnis saja tanpa ada background motivator, tidak akan bisa membuat ibu-ibu ini bisa survive," sambungnya.
Ia menjelaskan KemenPPPA sudah menyiapkan program untuk mempermudah monitoring agar bisa tercapainya penyelesaian persoalan perempuan dari hulu ke hilir.
"Kami juga sekarang mengembangkan yang namanya Desa Kelurahan Ramah Perempuan Peduli Anak. Peraturan, regulasi, dan kebijakan sejauh mana dari pemerintah memberdayakan perempuan serta memberi perlindungan terhadap perempuan dan anak, itu strategi yang kita bangun. Karena sejatinya lingkup yang paling kecil, tadi kata kuncinya monitoring menjadi sangat penting. Konsep hulu ke hilir untuk mencapai tujuan harus dipikirkan secara komprehensif," tutupnya.
(fhs/fhs)