Pemprov DKI Jakarta dan PAM Jaya menyiapkan solusi mengatasi masalah kesulitan mengakses air bersih di Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Marunda di Jakarta Utara. Sementara ini, PAM Jaya akan mendistribusikan air menggunakan mobil tangki.
"Tadi pagi Pak Dirut PAM Jaya sudah menyampaikan ke saya bahwa solusi sementara dengan penambahan mobil tanki," kata Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman DKI Jakarta Sarjoko saat dihubungi, Rabu (15/2/2023).
Sementara itu, Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin menyampaikan pengiriman mobil tangki merupakan solusi jangka pendek yang disiapkan. Pihaknya akan memperbanyak jumlah mobil tangki yang dikirimkan untuk memenuhi kebutuhan warga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, pihaknya akan membangun reservoir komunal atau bak penampungan air komunal di sekitar Rusunawa Marunda. Tepatnya berlokasi di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta.
"Sementara sampai pembangunan reservoir komunal kita mengirimkan perbanyak mobil tangki," jelasnya.
"(Reservoir komunal) di STIP Jakarta," tambah dia.
Sebelumnya, penghuni Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Marunda, Jakarta Utara, mengalami kesulitan akses air bersih. Sudah lebih dari sepekan kondisi ini dialami oleh penghuni Rusun Marunda.
"Ini sudah sembilan hari sampai hari ini," kata warga Rusun Marunda, Herymias (39), kepada detikcom, Selasa (14/2/2023).
Dia mengungkapkan, warga Rusun Marunda memang sudah lama sering mengalami kesulitan mengakses air bersih, tapi kondisinya tidak separah sembilan hari belakangan ini, mulai Minggu (5/2). Dia dan tetangganya sudah melaporkan masalah ini ke pengelola, namun masalah masih berlangsung.
"Terus apa yang bisa kita lakukan kalau begini? Rata-rata yang tinggal di rusun itu orang berkeluarga juga," keluh Herymias.
Dia memperkirakan ada enam tower Rusun Marunda yang mengalami kesulitan air. Banyak warga menyiasati keadaan sulit ini dengan turun ke tower-tower yang tidak mengalami kesulitan air, mereka mengisi galon atau ember dari keran-keran di lantai bawah tower rusun tersebut. Selain itu, mereka pergi ke tetangga atau sanak-saudara yang tidak kesulitan air.
"Kita ini pergi ngantre di rumah orang, sudah nggak enak juga sebenarnya, tapi ya mau bagaimana lagi," kata Herymias.
(taa/idn)