Tahukah kamu sejarah Monumen Pers Nasional? Monumen Pers Nasional adalah monumen sekaligus museum pers nasional Indonesia yang terletak di Kota Surakarta (Solo), Jawa Tengah (Jateng). Monumen ini menyimpan informasi sejarah perkembangan pers nasional di Indonesia.
Monumen Pers Nasional ini menyimpan benda-benda bersejarah yang terkait pers, dari mulai koran dan majalah kuno hingga koleksi barang seperti mesin ketik, pemancar radio, kamera, hingga memorabilia sejumlah tokoh wartawan nasional. Selain itu ada pula berbagai layanan lain di dalamnya.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Monumen Pers Nasional simak sejarah beserta serba-serbinya berikut ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Monumen Pers Nasional
Merujuk situs resmi Pemerintah Kota Surakarta, sejarah Monumen Pers Nasional dibangun pada tahun 1918. Berdirinya Monumen Pers Nasional diprakarsai oleh KGPAA Mangkunegara VII, Pangeran Adipati Aryo Prangwedana. Awalnya tujuan didirikannya Monumen Pers Nasional adalah sebagai balai perkumpulan dan ruang pertemuan.
Meski baru dibangun pada tahun 1918, tetapi rancangan gambar gedung Monumen Pers Nasional ini telah diberikan kepada Mangkunegara VII sejak tahun 1917. Bangunan Monumen Pers Nasional dirancang oleh Mas Aboekasan Atmodirono, seorang arsitek asal Wonosobo.
Sebelum menjadi Monumen Pers Nasional, dulunya gedung ini memiliki nama Societeit Sasana Soeka. Monumen Pers Nasional merupakan tempat lahirnya sebuah organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada tanggal 9 Februari 1946. Maka monumen ini memiliki arti penting bagi pers nasional di Indonesia.
Pada tahun 1956, tepat 10 tahun setelahnya berdirinya PWI, beberapa wartawan kenamaan Indonesia menyarankan agar mendirikan sebuah yayasan yang menaungi pers nasional. Yayasan ini kemudian baru diresmikan pada 22 Mei 1956 dengan sebagian besar koleksi museum merupakan hasil sumbangan dari Soedarjo Tjokrosisworo.
Nama Monumen Pers Nasional ditetapkan pada tahun 1973. Melansir situs Indonesia Baik, nama Museum Pers Nasional yang dicetuskan di Palembang pada kongres di Tretes tahun 1973. Diubahnya menjadi Monumen Pers Nasional adalah atas usul PWI cabang Surakarta.
Kemudian lahan serta bangunan gedung Monumen Pers Nasional disumbangkan kepada pemerintah pada tahun 1977. Hal ini berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah nomor HK.128/1977 tertanggal 31 Desember 1977 atas tanah dan gedung "Societeit" tersebut diserahkan kepada Panitia Pembangunan Monumen Pers Nasional di bawah Departemen Penerangan RI.
Monumen Pers Nasional kemudian diresmikan oleh Presiden Soeharto dan dibuka umum pada tanggal 9 Februari 1978. Monumen Pers Nasional dengan penandatanganan prasasti. Sejak 2005 hingga kini, monumen Pers Nasional dikelola Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo).
![]() |
Serba-serbi Monumen Pers Nasional
Di mana lokasi Monumen Pers Nasional? Lokasi Monumen Pers Nasional ini berada di depan bundaran Jalan Gajah Mada dan Jalan Yosodipuro, Solo. Monumen ini merupakan salah satu warisan cagar budaya yang ada di Solo, terutama bagi sejarah perkembangan pers nasional di Indonesia.
Apa apa saja di Monumen Pers Nasional? Melansir situs resminya, di Monumen Pers Nasional terdapat beberapa layanan. Isi Monumen Pers Nasional terdiri dari perpustakaan, arsip media cetak, dan museum pers nasional.
- Perpustakaan Pers Nasional: memiliki koleksi buku kurang lebih 15.000 judul yang dapat diakses dan dipinjam secara cuma-cuma. Keanggotaan perpustakaan ini terbuka untuk seluruh kalangan.
- Arsip Media Cetak: salah satu keunikan layanan yang dimiliki Monumen Pers Nasional yang menyediakan arsip media cetak berupa koran dan majalah dari seluruh nusantara yang berasal dari tahun sebelum kemerdekaan hingga sekarang dan terbuka untuk diakses oleh masyarakat.
- Museum Pers Nasional: area dimana pengunjung dapat menyelami pengetahuan serta dokumentasi tentang sejarah pers nasional melalui koleksi benda pers bersejarah yang berasal dari sabang hingga merauke serta napak tilas para pahlawan dari bidang pers dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.
Selain itu, Monumen Pers Nasional juga menyimpan berbagai koleksi bersejarah terkait perkembangan pers nasional di Indonesia. Koleksi di Monumen Pers Nasional ini meliputi mesin ketik kuno, perangkat radio, surat kabar dan majalah nasional, perangkat multimedia kuno, informasi tokoh pers bersejarah, dan bangunan cagar budaya.
(wia/imk)