Anggota DPR Komisi 10 Putra Nababan tidak mempermasalahkan soal naiknya target jumlah wisatawan asing oleh Kemenparekraf. Asal, kebijakan ini bisa dipertanggungjawabkan dan tidak membuat Indonesia kembali terpuruk oleh pandemi.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengungkapkan, turis asing yang akan masuk ke Indonesia ditargetkan berjumlah dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. ia menuturkan, hal ini dilakukan guna mengangkat kembali sektor pariwisata di Indonesia.
"Target tahun ini dikali 2. Jadi wisata mancanegara ditargetkan 7,4juta di batas atas dan wisatawan nusantaranya sebagai tulang punggung juga dikali 2 yaitu 1,4 milyar. Sehingga target kontribusi terciptanya lapangan kerja di sektor ini tahun 2024 adalah 4,4 juta lapangan kerja," ujar Sandiaga kepada tim Sudut Pandang detikcom, Minggu (5/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihaknya pun sudah merencanakan untuk menggelar 'karpet merah' untuk wisatawan asing, tidak terkecuali wisatawan asal China.
"kita mengambil keputusan tetap kita gelar karpet merah target dengan wisatawan mancanegara dari China itu 253 ribu yang sebenarnya hanya 10% dari sebelum pandemi. Sebelumnya 2 juta lebih. Tapi kita harus mengambil keputusan ini, bahwa kita menyampaikan narasi jika luar negeri iya kita terbuka kita menggelar karpet merah tapi protokol kesehatan kita tetap ada jadi mereka jika mereka sehat silakan monggo berwisata yang aman, nyaman, dan menyenangkan. Tapi seandainya mereka didapatkan temperatur suhunya tinggi karena ada thermometer, itu akan diarahkan untuk melakukan pengecekan," ujar Sandi.
Sementara itu, anggota DPR Komisi X, Putra Nababan melihat adanya kekhawatiran dengan masuk turis asing ke Indonesia usai PPKM dilihat wajar. Meski begitu, ia melihat ada yang lebih besar dengan masuknya turis asing Indonesia.
"Kita juga membutuhkan devisa dan membutuhkan pemasukan itu hanya bisa didapatkan dari turis asing tidak mungkin dari turis domestik atau lokal tapi di sisi lain ada tugas dari pemerintah dan DPR untuk melindungi warga negaranya itu yang sangat penting," kata Putra.
Putra mengakui, protokol kesehatan yang sudah disiapkan oleh Pemerintah Indonesia usai pencabutan PPKM sudah lebih baik. Sehingga protokol yang disiapkan dapat membuat turis nyaman tetapi juga aman buat masyarakat.
"Kita tahu bahwa yang masuk ini sedang tidak menularkan atau sedang tidak terjangkit dan itu harus dibuka informasi seluas luasnya kepada daerah yang menerima turis itu," paparnya.
Kata epidemiolog terkait kedatangan wisatawan asal China, halaman berikutnya.
Ia pun menilai bahwa SOP yang diterapkan oleh Kemenparekraf juga sudah tepat, dengan melakukan pemeriksaan dengan Thermoscan di pintu masuk mancanegara. Selain itu jika ada indikasi infeksi, Turis yang masuk ke Indonesia harus melakukan PCR.
"Kita harapkan hanya bisa hanya beberapa hari untuk mengisolasi diri sehingga mereka tidak perlu meluangkan waktu yang terlalu lama di tempat isolasi dan lain lain. nah ini harus di informasikan juga kepada turis yang mau dateng dan juga harus di informasikan kepada hotel hotel ataupun rumah tempat mereka akan menginap nanti."
Putra mengatakan meski menggelar karpet merah, turis yang masuk atau ingin berlibur ke Indonesia harus sesuai protokol kesehatan. Sehingga tidak mengembalikan aturan PPKM yang sudah dicabut.
"Buat apa kita punya devisa kalau pandemi datang lagi artinya kan tidak ada yang mau datang juga habis itu. Banyak beberapa negara yang jadi contoh ketika negaranya tidak melindungi warganya itu ternyata mereka pandemi lagi terjadi lagi. Kita lihat seperti negara beberapa negara di Asia mereka juga menerima turis dari negara yang masih ada penularannya yang sangat tinggi dan itu kembali merebak di daerah mereka," ungkapnya.
Sementara itu, Epidemiolog Universitas Indonesia, Pandu Riono mengatakan bahwa sebenarnya negara tidak perlu khawatir tentang adanya varian baru yang tengah merebak di China. Ia mengungkapkan, berdasarkan hasil sero survei yang telah dilakukan, seharusnya Indonesia sudah imun terhadap virus Covid.
"Sebenarnya misteri kenaikan kasus di China itu belum jelas. Mungkin saja lebih tinggi tapi banyak negara yang terlalu khawatir sehingga melakukan pengetatan. Varian yang bersirkulasi di China, kalau menurut data internasional, di Indonesia sudah masuk sudah lama 3 bulan yang lalu bahkan sebelum China naik. Berita naiknya itu Indonesia tidak berdampak," tutur Pandu.
Ia pun mengatakan, tingkat imunitas masyarakat Indonesia yang hampir mencapai angka 100% membuat Indonesia tidak lagi membutuhkan pembatasan-pembatasan. Dengan demikian, kebijakan pemerintah untuk menarik wisatawan asing pun tidak perlu diragukan.
"Artinya apa artinya ternyata Indonesia bisa menekan varian ini tidak meluas. Jadi kita bukan jumawa tapi berdasarkan data, bahwa kita sekarang tidak perlu pembatasan," ungkapnya.