Tahun kabisat berapa tahun sekali? Istilah tahun kabisat berhubungan dengan penanggalan di bulan Februari. Tahun kabisat terjadi apabila Februari memiliki 29 hari.
Seperti diketahui, bulan Februari terdiri dari 28 hari dan 29 hari. Lantas, mengapa bisa terjadi tahun kabisat? Berikut penjelasannya.
Apa Itu Tahun Kabisat?
Dilansir situs Space Place NASA, tahun kabisat adalah periode waktu di mana satu tahun terdiri dari 366 hari. Umumnya, satu tahun terdiri dari 365 hari. Perhitungan itu didasarkan pada peristiwa bumi mengorbit matahari.
Bumi membutuhkan waktu sekitar 365,25 hari untuk mengorbit matahari. Namun, jumlah hari dalam setahun dibulatkan menjadi 365 hari.
Oleh karena itu, untuk mengganti sebagian hari yang hilang, NASA menambahkan satu hari pada ke kalender setiap empat tahun. Itu disebut tahun kabisat.
![]() |
Tahun Kabisat Berapa Tahun Sekali?
Tahun kabisat terjadi empat tahun sekali. Setiap empat tahun, Februari memiliki 29 hari, bukan 28 hari pada umumnya.
Pada tahun biasa, jumlah hari dalam kalender dari Januari hingga Desember adalah 365 hari. Namun, pada tahun kabisat ada 366 hari karena Februari terdiri dari 29 hari.
Sejarah Tahun Kabisat
Dikutip dari situs History, tahun kabisat pertama diperkenalkan oleh Julius Caesar. Caesar dan filsufnya, Sosigenes membuat suatu modifikasi penting dalam kalender Romawi kuno.
Caesar dan Sosigenes menambahkan satu hari untuk setiap tahun keempat. Mereka menambahkan hari tersebut di bulan kedua setiap tahun, yakni Februari.
Namun, pada abad ke 16 sejumlah ilmuwan mengatakan bahwa perhitungan Julius Caesar masih kurang tepat. Hal ini menjadi masalah bagi Gereja Katolik, karena tanggal Paskah telah menyimpang dari tanggal tradisionalnya.
Lalu, Paus Gregorius XIII menugaskan untuk membuat kalender yang dimodifikasi dan disebut kalender Gregorian. Dalam kalender Gregorian yang sekarang digunakan secara umum, selisihnya disesuaikan dengan menambahkan satu hari tambahan hanya pada tahun-tahun abad yang habis dibagi 400 (misalnya, 1600, 2000).
Sistem Perhitungan Kabisat
Dalam sistem bumi mengorbit matahari, dibutuhkan waktu 365,25 hari atau 365 hari enam jam. Karena satu tahun hanya terdiri dari 365 hari, maka sisa waktu pengorbitan matahari digantikan setiap empat tahun di bulan Februari.
Dikutip dari situs LAPAN, berikut cara menentukan tahun kabisat.
- Apabila angka tahun tersebut habis dibagi dengan 400, maka tahun itu adalah tahun kabisat
- Apabila angka tahun tersebut tidak habis dibagi dengan angka 400, namun malah habis dibagi angka 100, maka tahun tersebut bukanlah tahun kabisat.
- Apabila tahun tersebut tidak habis dibagi 400 ataupun 100, namun habis dibagi dengan angka 4, maka tahun itu adalah tahun kabisat
- Apabila tahun tersebut tidak habis dibagi 400, 100, maupun 4, maka dipastikan tahun tersebut bukanlah tahun kabisat.
Contohnya pada tahun 2017, 2018, 2019, dan 2020. NASA telah mengurangi sekitar enam jam atau seperempat hari dari tahun 2017, 2018, dan 2019, dan harus mengganti waktu tersebut di tahun 2020.
Oleh karena itu, tahun 2020 disebut tahun kabisat. Tahun 2020 juga termasuk tahun yang habis dibagi empat, meskipun tidak habis dibagi 400 atau 100.
Demikian serba-serbi terkait tahun kabisat. Semoga bermanfaat!
(kny/imk)