BMKG Sebut Pulau Jawa Transisi ke Kemarau Per Maret, Waspada Cuaca Ekstrem

ADVERTISEMENT

BMKG Sebut Pulau Jawa Transisi ke Kemarau Per Maret, Waspada Cuaca Ekstrem

Dwi Andayani - detikNews
Jumat, 27 Jan 2023 16:20 WIB
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati (tangkapan layar)
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati (Tangkapan Layar)
Jakarta -

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi Indonesia akan mulai mengalami periode transisi dari musim hujan ke musim kemarau sejak Maret. BMKG meminta masyarakat mewaspadai cuaca ekstrem.

"Pada bulan Maret, April, Mei 2023 ini beberapa wilayah Pulau Jawa dan Nusa Tenggara juga akan mengalami periode transisi," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers, Jumat (27/1/2023).

Dwikorita mengatakan, dalam periode transisi, perlu diwaspadai adanya fenomena cuaca ekstrem. Cuaca ekstrem itu, menurut dia, berupa angin kencang hingga angin puting beliung.

"Transisi sebelum memasuki Juni kemarau yang harus diwaspadai apa transisi peralihan dari musim hujan ke musim kemarau? Biasanya pada periode musim transisi perlu diwaspadai," kata Dwikorita.

Dia juga meminta masyarakat mewaspadai bencana hidrometeorologi dampak cuaca ekstrem tersebut.

"Fenomena cuaca ekstrem yang sering muncul seperti angin puting beliung, angin kencang, dan bisa juga terjadi hujan lebat meskipun periodenya singkat, tapi sering memicu terjadinya bencana hidrometeorologi," sambungnya.

Selain itu, dia meminta masyarakat mengantisipasi saat musim kemarau yang diprediksi memiliki curah hujan lebih rendah dari tiga tahun terakhir.

"Sejalan dengan hal tersebut, sekali lagi, kewaspadaan yang lebih tinggi perlu dilakukan untuk mengantisipasi musim kemarau yang diprediksi umumnya menunjukkan curah hujan yang berkurang yang lebih rendah dari tiga tahun terakhir meskipun sifatnya normal, kembali ke normal," tuturnya.

Dwikorita meminta masyarakat mewaspadai kemarau sejak saat ini. Dia mengatakan, tiga tahun belakangan, Indonesia turut terdampak fenomena La Nina sehingga terjadi kondisi basah.

BMKG menjelaskan, La Nina adalah fenomena yang berkebalikan dengan El Nino. Ketika La Nina terjadi, suhu muka laut (SML) di Samudra Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.

Sementara tahun ini diprediksi kondisi cuaca akan lebih kering sehingga dampaknya harus lebih cepat diantisipasi juga.

"Inilah yang perlu diwaspadai sejak dini, sejak saat ini di bulan Januari, kita harus siap-siap untuk menghadapi fenomena yang relatif lebih kering dari La Nina yang basah 3 tahun berturut-turut, tiba-tiba ini mendadak jadi lebih kering. Jadi harus diwaspadai, diprediksi itu mulai Mei," ujarnya.

Lihat juga video 'Sebagian Besar Wilayah Berpotensi Hujan, Cek Kota Anda di Sini!':

[Gambas:Video 20detik]

(dwia/jbr)


ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT