Muhammadiyah Sebut Pemilu Transaksional-Makin Liberal: Ini Penyakit

ADVERTISEMENT

Muhammadiyah Sebut Pemilu Transaksional-Makin Liberal: Ini Penyakit

Anggi Muliawati - detikNews
Rabu, 25 Jan 2023 15:50 WIB
Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Rabu 923/1/2019).
Foto ilustrasi PP Muhammadiyah (Usman Hadi/detikcom)
Jakarta -

Sekretaris PP Muhammadiyah Muhammad Izul Muslimin mengatakan sejumlah persoalan yang ada dalam pemilu. Izul mengatakan pemilu jadi ajang politik transaksional dan kini semakin liberal.

"Bahwa Muhammadiyah sendiri menengarai ada persoalan dalam pemilu kita, terutama di akhir-akhir atau pemilu terakhir ini, yaitu adanya kecenderungan pemilu berbiaya mahal. Kemudian transaksional dan semakin liberal," ujar Izul dalam diskusi yang digelar Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dengan tema 'Partisipasi organisasi kemasyarakatan dalam pendidikan pemilih cerdas untuk mewujudkan pemilu berkualitas tahun 2024', via Zoom, Rabu (25/1/2023).

Izul mengatakan tujuan pemilu adalah menghasilkan para pemimpin yang aspiratif. Namun karena biaya pemilu yang mahal, para elite berlomba untuk mengembalikan modal yang dikeluarkan saat pemilu.

"Tujuan pemilu untuk menghasilkan legislatif dan eksekutif yang aspiratif terhadap kepentingan rakyat, serta menghasilkan regulasi yang menyejahterakan, justru tergerus oleh kepentingan elite yang ingin mengembalikan modal yang telah dikeluarkan, mengganti kerugian para pemodal yang ingin cari untung dan para pemburu proyek yang sudah jadi bandar," katanya.

"Inilah penyakit yang harus diminimalisir bahkan jika perlu bisa disingkirkan dari pemilu di Indonesia," sambungnya.

Lebih lanjut, Izul mengatakan pemilu merupakan cara terbaik dalam pergantian kekuasaan. Dia berharap saat pergantian kekuasaan tersebut tidak tercipta konflik.

"Karena memang pemilu ini dianggap sebagai satu proses demokrasi yang paling damai dan aman. Tentu kita tidak menginginkan pergantian kekuasaan di Indonesia dengan cara-cara yang inkonstitusional, dan pemilu ini adalah salah satu pintu terbaik bagi proses pergantian kekuasaan," ujarnya.

Izul mengatakan pemilu merupakan penyalur konflik. Dia menyebut hal itu disebabkan adanya upaya perebutan kekuasaan.

"Oleh karena itu, karena tadi Bapak Afifudin juga sudah menyinggung, pemilu adalah sarana penyalur konflik yang konstitusional. Kenapa konflik? Karena memang sesungguhnya kekuasaan itu dulunya, sebelum kita semua beradab melalui proses kenegaraan yang baik, perolehan kekuasaan selalu dilalui dengan cara-cara yang mungkin justru banyak menimbulkan pertumpahan darah dan korban kemanusiaan," ungkapnya.

Simak juga 'PP Muhammadiyah: Masih Ada Pihak yang Berwacana Tunda Pemilu':

[Gambas:Video 20detik]



(amw/aud)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT