Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menghadiri peresmian Renovasi dan Revitalisasi Grand Inna Bali Beach serta Penjelasan dan Presentasi Pembangunan 'Rumah Sakit Mayo' dan 'Kebun Tanaman Obat'. Megawati menceritakan bagaimana karya seniman era Presiden ke-1 RI Sukarno disembunyikan Orde Baru.
Megawati berada di Bali bersama Ketua DPR Puan Maharani dan Menteri BUMN Erick Thohir. Hadir Kepala BRIN Laksana Tri Handoko, Gubernur Bali I Wayan Koster, dan Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta. Erick Thohir hadir bersama manajemen BUMN terkait seperti Komisaris Utama Injourney Triawan Munaf dan Direktur Utama Nindya Karya Haedar Karim.
Dalam arahannya, Megawati menceritakan panjang lebar soal kesejarahan Grand Inna Bali Beach Hotel Sanur. Saat itu, Presiden Sukarno atau Bung Karno jalan ke Bali untuk mencari lokasi hotel milik negara. Megawati dan kakaknya, Guntur Soekarnoputra, diajak serta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau mau hidup di sini, dibikinlah Istana Tampak Siring. Satu-satunya di republik ini, istana yang dibangun oleh bangsa Indonesia sendiri. Yang lainnya adalah yang disebut istana itu dulu dibangun di zaman Belanda," kata Megawati dalam keterangan tertulis PDIP, Senin (16/1/2023).
Megawati mengingat diajak seharian menyusuri pantai. Oleh Bung Karno, titik tempat Hotel Grand Inna kini berdiri ditentukan sebagai lokasi pembangunan. Proses konstruksi dilaksanakan dengan melibatkan banyak seniman. Yang sayangnya, usai Sukarno selesai memerintah, karya seni 'disembunyikan'.
"Lucunya seniman bagus-bagus kerjanya nggak boleh, malah diumpetin-umpetin. Ada juga itu di Hotel Indonesia disebut mozaik. Maksud saya itu kan seni, itu kan harusnya diajarkan kembali. Tapi kok (Orde Baru) dulu nggak tahu urusan seni dianggap urusan politik. Jadi jangan kejadian lagi deh," kata Megawati.
Megawati bahkan menceritakan sejarah saat bangunan hotel itu terbakar pada 1993. Saat itu dirinya dikontak oleh Soesilo Soedarman yang menjabat Menteri Pariwisata. Ada kejadian yang kemudian begitu mendalam secara spiritual di hati warga, khususnya warga Bali, yakni kamar yang pernah ditempati oleh Bung Karno aman dari kebakaran.
Dari pengalaman terkait hotel itu, Megawati berbagi banyak hal yang dialami semasa hidu hingga ia menceritakan interaksinya dengan Erick Thohir sebagai Menteri BUMN. Disinggung bagaimana ketika awal menjabat menteri, Erick diajak bicara oleh Megawati. Megawati berpesan agar Erick bekerja membenahi BUMN Indonesia agar bersih dari korupsi dan kinerjanya membaik.
Terkait renovasi Hotel Grand Inna, Megawati juga berpesan agar Kementerian BUMN melakukannya dengan serius. "Pak Erick, tolong hotel ini dibangun kembali seperti dulu di zaman Bung Karno," kata Megawati.
Megawati berharap agar renovasi hotel itu diselaraskan dengan pembangunan rumah sakit berstandar internasional sekelas RS Mayo di AS, serta pembangunan taman khusus dengan berbagai tanaman obat-obatan di lokasi yang sama.
"Kepada orang Bali, saya minta tolong jaga Bali-mu," kata Megawati.
Lihat juga video 'Megawati Cerita ke Kader Dapat Award: Ibumu Ini Pintar-Cantik-Kharismatik':
Erick menjelaskan di kompleks hotel itu akan dibangun taman berisi tanaman obat lokal. Badan Riset dan Inovasi Nasional akan dilibatkan dalam prosesnya. Untuk pembangunan rumah sakit, Erick bercerita bahwa kerja sama akan dilakukan dengan klinik Mayo di AS sebagai benchmark kualitas.
Bersamaan dengan renovasi Hotel Grand Inna itu, Erick mengatakan prinsip pembangunan rumah sakit dan taman itu adalah investasi diberikan untuk mengembangkan lokasi bersejarah yang mendorong pertumbuhan di sekitarnya.
"Kami melaksanakan pesan yang Ibu Megawati titip kepada kami. Insyaallah kami jaga. Pesan Bu Mega adalah jangan sampai BUMN tidak menjadi benteng nasional secara ekonomi," kata Erick.
Erick masih ingat pesan dari Megawati ketika dirinya ditunjuk Presiden Jokowi menjadi menteri BUMN. Megawati meminta Erick belajar dari gurita.
"Seperti gurita. Gurita yang sehat bukan yang kakinya banyak. Yang sehat itu yang kepala besar, kaki sedikit. Dan itulah kami lakukan, sejalan dengan transformasi yang kita lakukan, Kementerian BUMN dari Ro 13 triliun sejak saya masuk, sekarang Rp 125 triliun. Akhir tahun bisa di atas Rp 200 triliun. Kontribusi kita pada negara 3 tahun terakhir pada COVID Rp 1.198 triliun, Rp 68 triliun lebih tinggi sebelum COVID," urai Erick.