Chiropractic merupakan pengobatan alternatif yang berfokus pada perbaikan susunan tulang belakang. Dilansir dari detikhealth, tulang belakang merupakan tempat semua saraf berkumpul. Ratusan saraf tersebut saling terhubung dengan sistem regulasi tubuh yang mengontrol semuanya.
Pamor chiropractic di Indonesia kembali naik sejak banyaknya chiropractor, mengunggah proses mereka bekerja di media sosial. Satu di antaranya adalah dr. Tinah Tan. sebagai salah satu pelopor chiropractic di Indonesia, namanya mendapat tempat di antara para pegiat metode pengobatan ini.
Minat Tinah terhadap chiropractic dimulai di tahun 1996. Saat itu, ia baru saja menjadi Sarjana Kedokteran di Universitas Atmajaya. Ia pun berniat melanjutkan pendidikan di Australia, dengan jurusan Manajemen Rumah Sakit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, niat tersebut berubah ketika Tinah melihat ada jurusan chiropractic di Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT). Tinah mengaku, pada saat itu ia tak banyak tahu tentang chiropractic. Namun, banyaknya kasus sakit pinggang yang ia lihat di perkotaan, menginspirasinya untuk mempelajari chiropractic.
"Masyarakat yang mengalami sakit pinggang, mereka google deh, 'Sakit pinggang...' nanti keluar, salah satunya chiropractic. Kebetulan waktu itu saya di Australia. Waktu itu ketemu dengan universitas yang saya lihat programnya kok ada chiropractic. Kebetulan di sana dan mengetahui ini adalah untuk penanganan tulang belakang, saya sempatkan untuk belajar," kenang Tinah di program Sosok detikcom.
Selama lima tahun, Tinah mempelajari anatomi tubuh, patologi, fisiologi, dan lain-lain. Satu hal yang tidak dipelajari di pendidikannya adalah farmakologi atau obat-obatan.
Tantangan Tinah, halaman selanjutnya.
Selepas pendidikan, Tinah pulang ke Indonesia dan mendirikan kliniknya di tahun 2001. Sebagai salah satu dari sedikit Chiropractor pertama asal Indonesia, Tinah menyabet beberapa penghargaan. Beberapa di antaranya adalah penghargaan dari Fellow International Chiropractic Colleagues (FICC) karena membawa pendidikan chiropractic di Indonesia. Selain itu, Tinah juga mendapat rekor dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai Chiropractor wanita pertama Indonesia.
Pamor Tinah pun sempat dihempas oleh berbagai tantangan, salah satunya tentang isu keamanan. Tinah menyadari, masih banyak orang yang menganggap chiropractic kurang aman. Ia mengatakan bahwa banyak dari mereka yang mempertanyakan kejelasan ilmu chiropractic.
"Chiropractic, Osteopathy, Homeopathy, Naturopathy, itu termasuk di dalam Complimentary Medicine. Pelengkap. Kalau dibilang apakah ilmu kedokteran, bukan. Tapi bisa dibilang ilmu kesehatan. Menurut standar WHO (World Health Organization), Complimentary Medicine ini sudah diakui oleh WHO sendiri," jelas Tinah.
Meski terkadang chiropractic masih diliputi stigma negatif, Tinah tidak berkecil hati. Dalam menangani pasien, ia tidak hanya berfokus pada rehabilitasi tulang tapi sekaligus aktif mengedukasi pasien. Hal utama yang ia tanamkan kepada para pasiennya bahwa chiropractic adalah praktik yang aman selama dilakukan oleh mereka yang terlatih.