Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) menilai alumni Universitas Islam Madinah Arab Saudi memiliki peran dalam penguatan kerja demokrasi. Hal itu dibuktikannya saat Parlemen Maldives bergabung menjadi anggota parlemen Organisasi Kerjasama Islam (OKI) pada 2012 silam.
Dia menceritakan saat itu dirinya sebagai Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI berkunjung ke Maldives pada 2011 untuk mengundang Pimpinan Parlemen Maldives hadir pada pertemuan parlemen OKI yang dipimpin Indonesia. Maldives adalah anggota OKI, tetapi belum menjadi anggota Parlemen OKI.
Pada pertemuan tersebut Pimpinan Parlemen Maldives setuju bergabung menjadi anggota Parlemen OKI dan keanggotaannya terealisasi pada 2012. Kemudian, saat menjadi Ketua Steering Committee pembentukan Forum MPR se-Dunia, HNW pun kembali mengundang Ketua Parlemen Maldives untuk ikut hadir ke Bandung.
Hal itu, kata dia, dilakukan agar eksistensi lembaga-lembaga permusyawaratan dalam lingkungan Parlemen OKI bisa memperkuat praktek demokrasi di negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam.
"Pertemuan tadi adalah bukti bahwa alumni Timur Tengah, seperti Universitas Madinah, memiliki peran dalam penguatan kerja-kerja berdemokrasi. Pertemuan tersebut menegaskan, apa yang dipelajari di Timur Tengah bukan takfiri, anti demokrasi, eksklusif dan anti sosial, sebagaimana sering dituduhkan," ujarnya dalam keterangannya, Kamis (12/1/2023).
"Pertemuan itu bukti bahwa alumni Timur Tengah juga mementingkan kemaslahatan masyarakat, dan mencintai bangsa dan negara. Karena seperti dirinya, saat ini mereka juga adalah pimpinan negara yang dipercaya sebagai menteri-menteri di negaranya," imbuhnya usai menerima kunjungan Menteri Dalam Negeri Maldvies Sheikh Imran Abdullah dan Menteri Agama Sheikh Ilyas Jamal. Pertemuan berlangsung di Ruang Kerja Wakil Ketua MPR, Gedung Nusantara III Kompleks Parlemen Jakarta, Rabu (11/1).
Pertemuan HNW dengan dua menteri asal Maldives ini berjalan dengan akrab dan penuh kekeluargaan, sebab memiliki latar belakang pendidikan yang sama di Universitas Islam di Madinah, Arab Saudi. Bahkan, kunjungan menteri-menteri tersebut bertujuan utamanya mengikuti Forum Pertemuan Alumni Universitas Arab Saudi se-ASEAN dan Asia Pasifik di Indonesia.
Pada kesempatan ini, HNW berharap bisa mengoreksi tudingan Timur Tengah sebagai kawasan penghasil terorisme dan radikalisme.
Terbukti banyak alumni Timur Tengah di Maldives, Indonesia dan banyak negara lain yang menunjukkan Islam yang merupakan agama yang menghadirkan sikap hidup kooperatif, kolaboratif, dan bermusyawarah, sehingga bisa menjadi ukhuwah Islamiyah, insaniyah, wathaniyah, serta menghadirkan sikap hidup yang berorientasi untuk berkontribusi mewujudkan Islam yang rahmatan lil alamin.
Selain itu, ia menyatakan kesepakatan dengan tamu-tamunya agar kedua negara saling meningkatkan hubungan dan kerja sama, baik antar pemerintah, parlemen, warga, maupun partai politik.
"Saya sempat sampaikan peningkatan hubungan dan kerja sama itu juga akan lebih cepat terealisasi jika Maldives membuka penerbangan langsung Indonesia-Maldives, tanpa harus melalui Singapura maupun Srilanka," pungkasnya.
Sebagai informasi, Republik Maldives atau Maladewa adalah negara kepulauan di Samudra Hindia. Negara ini terletak di sebelah selatan-barat daya India. Jaraknya sekitar 700 km sebelah barat daya Sri Lanka.
Seluruh penduduk Maladewa beragama Islam. Konstitusi negeri itu bahkan mengatur jika warga negara yang berganti agama, berarti keluar dari negara.
Maldives juga merupakan negeri yang aman. Hal ini terbukti dengan tidak adanya pagar di rumah-rumah.
Saat waktu salat tiba, masyarakat melaksanakan salat. Ketaatan masyarakat Maladewa terhadap agama menghadirkan ketaatan terhadap hukum yang sesuai dengan agama Islam yang mereka peluk. Sebab, sebenarnya Islam juga memiliki makna dan mengajarkan keamanan, keselamatan, dan kesejahteraan.
Terlebih lagi, Indonesia dan Maladewa memiliki akar sejarah yang sama. Di mana, Islam disebarkan di Indonesia dan Maladewa oleh ulama yang sama, yaitu Ibnu Batutoh. Ibnu Batutoh awalnya menyebarkan Islam di Maladewa terlebih dahulu sebelum Aceh.
(akd/ega)