Kriminolog Bicara Kebodohan di Balik 2 Remaja Bunuh Bocah untuk Jual Organ

ADVERTISEMENT

Kriminolog Bicara Kebodohan di Balik 2 Remaja Bunuh Bocah untuk Jual Organ

Lisye Sri Rahayu - detikNews
Kamis, 12 Jan 2023 07:49 WIB
Penampakan 2 remaja pelaku pembunuhan berencana bocah di Makassar untuk dijual organnya.
Remaja pembunuh bocah di Makssar (Foto: Rasmilawanti Rustam/detikSulsel)
Jakarta -

Dua remaja di Makassar, Sulawesi Selatan menculik, membunuh bocah 11 tahun hingga berencana menjual organ tubuh korban. Kriminolog Universitas Indonesia (UI) Adrianus Meliala menyoroti kenaifan dan kurangnya pengetahuan remaja inisial AR (17) dan AF (14) itu.

"Kenaifan dan kebodohan ternyata tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga menimbulkan korban pada orang lain," kata Adrianus kepada wartawan, Rabu (11/1/2023).

Adrianus kemudian berbicara mengenai hubungan yang jauh antara pelaku dengan orang tua hingga agamawan lokal. Sehingga, kata dia, pihak eksternal tidak punya akses untuk memberikan pengaruh yang baik kepada pelaku.

"Itu memperlihatkan bonding atau kedekatan yang longgar atau bahkan tidak ada antara pelaku dengan orang tua, guru, agamawan lokal. Pihak eksternal itu jadinya tidak punya akses untuk memberi pengaruh baik, contoh positif apalagi nasehat, kepada pelaku selama ini," jelasnya.

Lebih lanjut, kedua pelaku dinilai memiliki pengetahuan terbatas. Hal itu membuat pelaku tidak berpikir panjang mengenai rencana penjualan organ tubuh korban.

"Karena keduanya menjadikan sesama teman sebagai referensi dalam berperilaku, namun ternyata sama-sama terbatas pengetahuannya, maka dihasilkan tindakan yang menyimpang dan terasa aneh jika dilihat secara umum. Memangnya gampang melakukan perdagangan organ tubuh secara ilegal tanpa bantuan pihak lain yang mampu secara medis, transportasi, keuangan dan lain-lain?" ungkapnya.

Adrianus MelialaAdrianus Meliala (Foto: Ari Saputra/detikcom)

Dua remaja itu diketahui nekat membunuh korban hingga berencana menjual organ karena diduga terpengaruh oleh konten media sosial. Adrianus menilai pelaku tidak bisa memanfaatkan media sosial dengan baik sehingga mudah terpengaruh.

"Media sosial terbukti negatif kepada orang yang tidak memanfaatkannya secara baik. Dan sebaliknya, ada saja orang yang mampu memanfaatkan media sosial secara positif," sebutnya.

Selain itu, Adrianus menyinggung soal sifat remaja yang memilih menghindar dari orang tua. Dia menilai orang tua tidak bisa berbuat banyak jika anak sudah melakukan tindakan pada tahap ekstrem.

"Kalau anak-anak asyik sendiri, menghindar dari orang tua, tidak mau pulang ke rumah dan memilih hang out dengan teman-temannya, orang tua bisa apa? Orang tua bisa berbuat kalau anak belum mencapai tahap ekstrem. Masalahnya, banyak yang lalai saat anak mulai sekali, mulai bolos, tidak pulang," ujarnya.

Oleh karena itu, Adrius menilai orang tua harusnya memberikan pengasuhan kepada anak sebelum anak mencapai usia 10 tahun. Pada masa-masa itu adalah waktu yang tepat untuk memberikan nilai-nilai kebaikan kepada anak sebelum mengenal dunia luar.

"Golden years bagi pengasuhan anak itu kan sampai usia anak mencapai 10 tahun. Setelah itu anak akan mulai mengembangkan affinity atau kedekatan yang lebih luas keluar rumah, dalam bentuk berteman. Jika tidak hati-hati, orang tua dan keluarga akan ditinggalkan," jelasnya.

Selengkapnya pada halaman berikut.

Simak Video: Kasus 2 Remaja Bunuh Bocah Demi Ginjal: Warga Ngamuk-Pelaku Tes Kejiwaan

[Gambas:Video 20detik]






ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT