Jika tidak dikelola dengan baik, rivalitas tersebut berpotensi menjadi konflik terbuka yang mengancam perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk mencegah terjadinya konflik terbuka.
"Paradigma kolaborasi harus menjadi pendekatan di Indo-Pasifik. Kawasan ini harus didekati bukan semata-mata dari aspek keamanan, melainkan juga dari aspek pembangunan ekonomi," kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam keterangan tertulis, Senin (9/1/2023).
Hal ini ia sampaikan menjelang persiapan Pernyataan Pers Tahunan Menlu yang akan dilakukan pada Rabu (11/1).
Retno menyampaikan paradigma kolaborasi menjadi kuncinya. Menurutnya, Indo-Pasifik harus menjadi arena untuk bekerja sama alih-alih berkompetisi. Setiap sengketa yang terjadi harus diselesaikan secara damai di meja perundingan, bukan medan perang.
Dalam konteks ini, kerja sama konkret di bawah ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) memainkan peran penting. Terdapat empat area kerja sama prioritas dalam AOIP, yaitu maritim, pembangunan berkelanjutan (SDGs), konektivitas, dan ekonomi.
"Indonesia terus mendorong kerja sama konkret yang inklusif dalam implementasi AOIP. Implementasi AOIP harus diarusutamakan dalam semua kegiatan ASEAN," kata Menlu.
(fhs/ega)