Sembilan Kabupaten di NTT Krisis Pangan Serius

Sembilan Kabupaten di NTT Krisis Pangan Serius

- detikNews
Sabtu, 05 Agu 2006 19:16 WIB
Kupang - Krisis pangan mulai mengancam sedikitnya 24.836 kepala keluarga yang tersebar di sembilan kabupaten yang ada di Nusa Tenggara Timur (NTT). Stok pangan makin menipis.Stok pangan milik warga dari hasil panen tahun ini yang hanya cukup untuk empat bulan (April-Juli) membuat mereka ketar-ketir.Sebagian dari mereka mulai mengkonsumsi bahan makanan lokal seperti putak yang diolah dari batang pohon gewang atau mengkonsumsi biji pohon bakau, umbi-umbian dan hasil hutan lainnya.Kondisi paling serius terjadi di tiga kabupaten yakni Kabupaten Belu. Di Kabupaten ini lebih dari 5.563 kepala keluarga berisiko tinggi mengalami ancaman rawan pangan, disusul Kabupaten Sikka sebanyak 6.680 kepala keluarga dan kabupaten Lembata sebanyak 5.752 kepala keluarga. Sedangkan sisanya 6.847 kepala keluarga tersebar di lima kabupaten lainnya, yakni Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Ende, Ngada, Manggarai, dan Manggarai Barat. Kepala Badan Bimbingan Masyarakat dan Ketahanan Pangan NTT, Petrus Langoday, yang dihubungi di Kupang, Sabtu (5/8/2006) mengakui menipisnya stok pangan padi dan jagung membuat warga mulai beralih mengkonsumsi berbagai jenis pangan lokal non beras.Menurutnya, jika satu keluarga terdiri dari lima anggota keluarga dan masing-masing mengkonsumsi 400 gram beras setiap hari, maka total bantuan beras yang dibutuhkan untuk intervensi pangan selama delapan bulan ke depan sebanyak 12.000 ton lebih. Selain 24.836 kepala keluarga yang berisiko tinggi mengalami rawan pangan, terdapat pula 37.736 kepala keluarga yang saat ini tercatat berisiko mengalami rawan pangan namun belum tergolong serius, karena stok pangan mereka masih bertahan sampai bulan Oktober mendatang. "Bagi mereka yang berisiko sedang, pemerintah telah mengalokasikan beras sebanyak 9.000 ton lebih," imbuhnya.Saat ini pemerintah daerah telah melakukan sejumlah upaya dengan melibatkan masyarakat dalam berbagai proyek padat karya, bantuan langsung tunai dana kompensasi BBM senilai Rp 100 ribu per bulan, dan bantuan beras untuk rakyat miskin.Langoday menilai terjadinya masalah rawan pangan ini disebabkan berbagai faktor seperti bencana alam, tanah longsor dan rendahnya curah hujan. "Ada daerah tertentu seperti di Kabupaten Sikka yang mengalami rawan pangan karena kelebihan curah hujan yang berakibat pada menurunnya produksi tanaman vanili," ungkap Langoday. (umi/)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads