Surat dari Buncit
Kelas Khusus One Shoot One Kill
Jumat, 04 Agu 2006 11:20 WIB

Jakarta - Foto berarti seribu kata. Kami menyadari betul rumus itu sehingga kami pun menggelar kuliah khusus jurnalistik foto pada Jumat pekan lalu. Tujuan kami satu: memperbanyak content foto agar 'imajinasi' pembaca dalam menyantap berita kami semakin gampang. Dua 'dosen' fotografi kami hadirkan, yaitu fotografer detikcom sendiri, Dikhy Sasra dan Indra Shalihin. Peserta kelas khusus ini adalah para reporter detikcom yang ada di Jakarta. Sebab mereka nantinya akan dibekali kamera saku digital untuk mengabadikan hasil liputan mereka.Sejak detikcom berdiri, baru kali inilah kelas seperti ini diadakan sehingga acara ini sungguh memikat. Di awal sesi, Indra Shalihin membuka file-file jepretannya yang disimpannya dalam CD. "Ini adalah contoh foto kategori general news," jelas Indra sambil mengklik hasil buruannya di Serambi Makkah saat.Bapak dua anak yang terkenal dengan ucapan bohayaaa-nya itu juga memberi contoh jenis foto lainnya misalnya spot news, essay, portrait, siluet, story, art, dan lain sebagainya. Foto-foto yang diambil jebolan kampus IISIP ini menggunakan teknik-teknik yang lazim digunakan fotografer profesional dengan kamera berkelas.Setelah Indra, giliran Dikhy Sasra unjuk kebolehan. 'Master' kamera saku digital ini menceritakan suka citanya menggunakan kamera digital saku -- yang bisa jadi juga ada di laci meja Anda -- berebutan menjepret objek yang sedang dikerumuni oleh belasan reporter dan fotografer dengan kamera bermoncong panjang plus kameramen berbadan tegap. Trik-trik yang dibagikan sarjana IKJ angkatan 1995 ini sungguhlah penting mengingat kamera yang dikuasakan pada para reporter berasal dari 'spesies' yang sama. Kamera ini kami pilih karena selain mumpuni, juga praktis, cocok dengan kebutuhan situs kesayangan Anda ini.Karena bertahun-tahun mengakrabi kamera saku digital, akhirnya Dikhy pun menelorkan 'teori' one shoot one kill. Teori ini kurang lebih artinya, dari 10-an jepretan, paling-paling yang jadi cuma 1. "Yang dibutuhkan adalah tenang, tapi lincah. Sabar, tapi waspada," ujar rekan sekampus Indra yang baru saja melepas masa lajang ini.Setelah itu, para reporter berlatih memotret dengan kamera-kamera digital saku gres yang nantinya akan menjadi tentengan mereka. Di akhir sesi, Dikhy dan Indra didaulat mengevaluasi karya foto para reporter yang telah diupload di kanal detikfoto."Foto ini sudah bagus, ada komposisi, tekstur...tapi akan lebih bagus kalau ada orang yang ada di dekat objek," Dikhy mengomentari karya Fitraya Ramadhanny yang diambil di kampus Akpol Semarang. "Hindari menjepret dari balik punggung orang," katanya lagi mengomentari karya M Budi Santoso yang hunting di kapal rumah sakit milik AS.Pembaca, tujuan akhir kelas khusus one shoot one kill ini tak lain adalah untuk Anda, agar Anda kian kerasan mengklik info-info detik ini juga dari kami. Foto:1) Dikhy Sasra dan Indra Shalihin mendengarkan pertanyaan 'mahasiswa'-nya2) Sesi evaluasi foto karya para reporter
(nrl/)