Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengingatkan agar RI berhati-hati terhadap efek pergantian tampuk kepemimpinan. Bahlil lantas menyinggung pergantian perdana menteri di Inggris yang menjadi penyebab terjadinya krisis di negara itu.
"Inggris itu siapa yang pernah berpikir, menduga negara sekuat Inggris akibat karena stabilitasnya tidak bagus, akibat karena terjadi pergantian terhadap kepemimpinan yang cepat, kemudian dari (kepemimpinan) Boris ke Truss, membuat kebijakan terhadap pajak diturunkan," kata Bahlil di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (3/1/2023).
"Harapannya untuk menggaet konsumsi dalam negeri, tetapi ternyata di tanggapi negatif oleh pasar keuangan. Dan sampai hari ini untuk bisa pulih seperti awal itu masih dalam kondisi berjuang," tambah dia.
Selain Inggris, Bahlil mendorong agar Indonesia belajar dari negara-negara yang kini menjadi 'pasien' Dana Moneter Internasional (IMF). Bahkan, menurut dia, negara-negara yang menjadi pasien IMF mayoritas negara berkembang.
"Artinya Indonesia harus hati-hati, belajar pengalaman dari sana, dan dari negara-negara pasien dari IMF dan 16 negara sudah menjadi pasien dan 28 negara lain itu masih dalam antrean IMF dan keyakinan saya yang menjadi pasien atau yang sedang antri itu tidak semuanya pasien negara berkembang, bahkan ada yg lebih baik dengan negara berkembang itu menjadi pasien," ucapnya.
Kendati begitu, Bahlil memandang RI memiliki secercah harapan di tengah ancaman resesi global. Menurutnya, stabilitas ekonomi bakal berjalan baik apabila stabilitas politik juga baik, khususnya di tahun politik.
"(RI) udah dalam posisi yang one the track dalam menjaga pertumbuhan ekonomi nasional," ucapnya.
"Jadi Indonesia sekali lagi akan baik ekonomi kalau stabilitasnya bagus, apalagi ini tahun politik kan," lanjutnya.
Lihat juga video 'Bahlil Janji Investasi Rp 1.200 T Tembus, Jokowi Wanti-wanti':