Kepala Badan Riset Inovasi dan Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko buka suara soal prediksi cuaca hujan ekstrem hingga badai dahsyat. Tri mengatakan, sesuai regulasi yang berlaku di Indonesia, BRIN merujuk pada BMKG.
"Kami mengacu terhadap BMKG yang mengeluarkan informasi tentang kondisi cuaca. Selama ini kami bekerja sama erat dengan BMKG. Informasi cuaca, publik harus mengacu ke BMKG," ujarnya dalam keterangan, Kamis (29/12/2022).
Tri menyebut prediksi cuaca hujan ekstrem hingga badai dahsyat itu bersifat personal, bukan resmi yang dikeluarkan oleh BRIN. Namun, menurutnya, bukan berarti BRIN tidak memiliki tanggung jawab dan berkontribusi atas informasi publik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemarin adalah pendapat personal periset BRIN, bukan dari BRIN. Pada sebagian besar kasus, BRIN turut menjadi pemasok data utama berbagai informasi, termasuk untuk kebakaran hutan, cuaca, iklim, kebencanaan, kesehatan, nuklir, dan lain sebagainya," terangnya.
Selanjutnya, Tri menyatakan BRIN memiliki banyak periset mumpuni di hampir semua bidang keilmuan. Otoritas keilmuan dimiliki oleh para periset BRIN sesuai kepakarannya.
"Otoritas keilmuan dimiliki oleh para periset BRIN sesuai kepakarannya. Disebutkannya, otoritas informasi sains di ruang publik yang dimiliki BRIN hanya informasi benda jatuh dari angkasa sesuai UU 21/ 2013 tentang Keantariksaan," tuturnya.
Beragam kasus misinformasi semacam ini, menurut Handoko, harus semakin menyadarkan kita semua akan pentingnya penguatan literasi sains bagi publik. Sebagai lembaga pemerintah untuk riset dan inovasi BRIN tentu menjadi salah satu pihak yang bertanggung jawab atas hal ini.
"Khususnya BRIN, kami sedang bekerja keras untuk membenahi, tidak hanya ekosistem riset dan inovasi, tetapi juga meningkatkan standar dan norma serta budaya ilmiah di kalangan periset secara nasional," pungkasnya.
Sebelumnya, peneliti klimatologi BRIN Erma Yulihastin memaparkan potensi hujan ekstrem hingga badai dahsyat terjadi pada 28 Desember 2022 di wilayah Jabodetabek. BMKG pun memiliki prediksi prakiraan cuaca, namun berbeda dari analisis Erma.
"Istilah badai, terminologi badai itu kurang lebih merupakan siklon tropis, jadi pusaran angin yang kencang yang juga mengakibatkan hujan ekstrem, itu badai. Itu dideteksi akan terjadi tadi di wilayah sebelah utara Papua, dan juga sedang berproses, tapi kemungkinan terjadi katanya rendah di wilayah selatan barat Indonesia, itu dimaksud badai sesungguhnya," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat jumpa pers seperti dilihat di YouTube BMKG, Selasa (27/12).
BMKG memprediksi wilayah Jabodetabek memang akan terjadi hujan ekstrem namun bukan badai. Hujan ekstrem juga diperkirakan terjadi pada 30 Desember 2022.
"Kalau Jabodetabek itu 28 Desember masih belum ada merahnya, yang dikhawatirkan Jawa Tengah dan Laut Jawa," ucap Dwikorita.
Dwikorita memastikan BMKG dan BRIN hingga saat ini bekerja sama untuk memodifikasi cuaca.
"Tentang persoalan potensi ekstrem ini justru kami sedang kerja sama BRIN, kerja sama menerapkan teknologi modifikasi cuaca yang kita berupaya awan hujan masuk ke darat, membuat hujan itu lebat atau ekstrem itu dapat dipaksa turun di Laut Jawa atau di wilayah luar pemukiman, atau misal di danau atau waduk," katanya.
Simak Video: Instagram BRIN Digeruduk Netizen Imbas Prediksi Badai