Yayasan Roda Harapan Indonesia (YRHI) merupakan wadah kegiatan sosial, yang salah satu di antaranya adalah peminjaman inkubator gratis. Bertempat di Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, YRHI telah meminjamkan inkubator gratis kepada 450 bayi sejak 2015.
Adalah Bonaventura Zita Enny Wati dan Lukas Lugi Riyandi, sosok di balik berdirinya YRHI. Enny dan Lugi memang akrab dengan kegiatan sosial, bahkan sebelum mendirikan Yayasan Roda Harapan Indonesia. Misalnya, dengan membantu mengorganisir kegiatan sosial di komunitas gereja.
Sejak berdirinya Yayasan Roda Harapan Indonesia (YRHI), Enny dan Lugi semakin sibuk membantu sesama. Mulai dari mengurus peminjaman alat kesehatan seperti inkubator, nebulizer, kursi roda, tongkat kruk, lampu fototerapi, hingga penyediaan sembako bagi yang membutuhkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Enny dan Lugi memang mengabdikan diri sepenuhnya untuk kegiatan sosial YRHI. Sehingga, dana operasional diperoleh dari donatur.
Meski banyak membantu sesama, aksi Enny dan Lugi bukannya tak pernah menuai cacian. Pernah ada seseorang yang mengira bahwa Enny dan Lugi menyalahgunakan dana donasi.
Cacian tak surutkan semangat Enny dan Lugi, halaman selanjutnya.
"Waktu itu ada salah satu orang yang dia menganggap dia punya masalah sama kami. Operasional YRHI ini kami bergantung penuh sama Tuhan, Mbak. Menurut dia, itu tidak masuk akal. 'Apa itu, Bu Enny, Pak Lugi itu. Pinjemin kotak penghangat! Sinterklas murahan!' katanya," kenang Enny.
Perkataan-perkataan miring mengenai aksi Enny dan Lugi memang sempat membuat keduanya sedih. Namun, hal tersebut tak menyurutkan semangat untuk tetap membantu sesama.
"Ada yang takut kami makan uang donasi, dan lain-lain, silakan. Gitu. Kalau kami makan uang donasi, Mbak, rumahnya nggak akan sampai bocor di mana-mana," kata Enny sambil tertawa.
Tak hanya cacian dari sekitar, Enny juga harus bersabar menghadapi hambatan dari peminjam inkubator. Pernah suatu waktu, empat inkubator 'hilang' dan tak pernah kembali.
"Berjalannya waktu, kegiatan semakin banyak. Sampai akhirnya pada suatu hari, kok ini (inkubator) kehabisan terus kenapa ya? Setelah kita cek-cek, oh, ternyata sudah empat yang tidak kembali. Itu sedih sekali, gitu kan. Tapi ya sudah, kita tetap berjalan. Tetapi semoga bermanfaat di tempat yang ketempatan itu," kenang Enny.
Tantangan demi tantangan mendorong Enny dan Lugi untuk melakukan evaluasi. Kini, Enny mematangkan sistem pencatatan peminjaman inkubator di YRHI agar mudah dilacak dan meminimalisir risiko kehilangan. Ia juga aktif mendokumentasikan kegiatan YRHI di media sosial sebagai wujud transparansi dari penggunaan dana donasi.
Kendala terbesar, halaman selanjutnya.
Kini, kendala terbesar YRHI adalah soal akomodasi. Sehari-hari, Enny dan Lugi mengendarai motor untuk berkegiatan. Padahal, inkubator tidak boleh dibawa menggunakan motor.
"Jadi selama ini kalau keluarga bayi benar-benar tidak mampu untuk sewa mobil, tidak bisa pinjam mobil, itu kami pasti akan mencari pinjaman mobil untuk kami mengantarnya. Kalau pinjam nggak bisa, kami akan sewa mobil," terang Enny.
"Jadi kami akan sangat bersyukur jika kami ada mobil sendiri. Ada kebutuhan inkubator kami bisa mengantar ke tempat," lanjutnya.
Meski sulit, Enny dan Lugi tak berniat berhenti membantu sesama melalui YRHI. Keduanya berencana untuk tetap menjadi agen relawan inkubator gratis dan membantu menyambung nyawa bayi-bayi prematur di Kabupaten Bogor dan sekitarnya.
"Kami akan sebisa mungkin membantu apapun yang kami bisa bantu buat sesama. Sehingga sesama itu merasakan kasih Tuhan. Sehingga sesama itu tidak putus asa dalam menjalani hidupnya," tutup Enny.