Kisah Bonaventura Enny: Penolong Bayi Prematur Melalui Inkubator Gratis

Sosok

Kisah Bonaventura Enny: Penolong Bayi Prematur Melalui Inkubator Gratis

Nada Celesta - detikNews
Minggu, 25 Des 2022 06:55 WIB
Jakarta -

Jumlah kelahiran bayi prematur di Indonesia masih cukup tinggi. Dilansir dari Healthy Newborn Network, per Mei 2017 terdapat 779 ribu bayi yang terlahir prematur. Hal tersebut diikuti dengan kematian 27800 anak di bawah usia lima tahun yang diakibatkan oleh komplikasi dari kelahiran prematur.

Sumber yang sama juga menyebutkan bahwa komplikasi kelahiran prematur menjadi penyebab tertinggi kematian kelahiran baru di Indonesia pada 2019. Tercatat, persentase komplikasi kelahiran prematur sebanyak 44%, paling tinggi di antara sebab lain seperti kelainan kongenital, pneumonia, peristiwa terkait intrapartum, sepsis dan infeksi lainnya.

Kelahiran prematur diikuti dengan perkembangan bayi yang belum sempurna. Salah satunya adalah kemampuan bayi untuk mengelola suhu tubuhnya dengan baik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Inkubator dibutuhkan untuk membantu bayi menjaga suhu tubuhnya tetap hangat, terhindar dari infeksi bakteri, serta suara bising. Sayangnya, tak semua orang tua dengan bayi prematur punya akses untuk mendapatkan atau menyewa inkubator.

"Tahun 2014 itu (biaya sewa inkubator) sudah 500 ribu rupiah. Itu baru inkubatornya saja. Belum ruangannya, dokternya, dan lain sebagainya. Sekarang pasti lebih mahal lagi," terang Bonaventura Zita Enny Wati, atau Enny, ketua dan pendiri Yayasan Roda Harapan Indonesia.

ADVERTISEMENT

Yayasan Roda Harapan Indonesia merupakan wadah berbagai kegiatan sosial. Salah satunya adalah peminjaman inkubator gratis untuk daerah Jonggol, Kabupaten Bogor dan sekitarnya.

Enny, bersama suaminya, Lukas Lugi Riyandi, prihatin dengan kondisi orang tua yang tak mampu menyewakan inkubator untuk bayi prematurnya. Hal itu diperkuat dengan sebuah survei kecil-kecilan yang dilakukan Lugi mengenai angka kelahiran bayi prematur di Indonesia.

"Suami saya itu survei di media sosial. Sekarang beritanya nggak tahu ke mana, tapi yang jelas waktu itu, yang suami saya baca adalah, bahwa kelahiran bayi prematur itu tinggi di Indonesia itu.Kemudian yang tertinggi di Kabupaten Bogor. Kemudian di Kabupaten Bogor yang 40 kecamatan, yang tertinggi di Kecamatan Jonggol. Pada waktu itu ya, 2014 tepatnya. Dan kami lihat juga masih belum terlalu dikenal agen relawan inkubator," kenang Enny.

Perjuangan Enny dan Lugi menjadi agen relawan inkubator gratis, halaman selanjutnya.

Enny dan Lugi bertekad untuk menjadi agen relawan inkubator gratis. Keduanya menghubungi tim Prof. Raldi Artono Koestoer, pencipta inkubator Grashof yang didesain khusus untuk wilayah tropis. Inkubator ciptaan Prof. Raldi dibuat untuk dipinjamkan gratis melalui bantuan agen relawan di berbagai daerah.

Menurut penuturan Enny, pada saat itu jumlah agen relawan inkubator gratis masih sangat terbatas. Dari target 600 relawan di seluruh Indonesia, baru ada sekitar 30 relawan.

Namun, untuk bisa menjadi agen relawan inkubator gratis buatan Prof. Raldi, Enny dan Lugi harus mengganti biaya produksi minimal dua inkubator. Masing-masingnya bernilai 2,5 juta rupiah.

"Saya sebagai ibu-ibu yang terbiasa menawar, jadi saya mohon belas kasihan Prof. Raldi. 'Prof, boleh nggak Prof, satu dulu? Soalnya di sana tidak ada agen relawan. Puji Tuhan, ternyata Prof. Raldi berbaik hati," kenang Enny sambil diiringi gelak tawa.

Selang beberapa waktu, inkubator buatan Prof. Raldi sampai di kediaman Enny dan Lugi. Datangnya inkubator pertama tersebut memacu semangat Enny dan Lugi untuk menolong banyak bayi prematur.

Marketing 'Ekstrem' ala Enny, halaman selanjutnya.

Namun, hambatan selanjutnya muncul. Belum banyak yang tahu mengenai peminjaman inkubator gratis yang dilakukan Enny dan Lugi.

Enny tak kehabisan akal. Ia melakukan segala cara agar orang-orang mengetahui keberadaan peminjaman inkubator gratisnya.

"Saya itu marketing-nya ekstrem, Mbak," terang Enny, bersiap untuk melanjutkan cerita.

"Saya buat kartu nama, ke mana-mana saya bagi kartu nama. Saya ke tempat praktik bidan, saya ke rumah sakit, di manapun saya berada, saya akan memperkenalkan diri, dengan beraninya bahwa 'Kami agen relawan inkubator gratis. Ini dipinjamkan gratis!'" lanjutnya.

Tak hanya di tempat pelayanan kesehatan, Enny juga menyampaikan kabar mengenai kegiatannya di tempat-tempat yang unik. Misalnya, di kantor Kejaksaan Negeri.

Suatu hari, Enny dan Lugi sempat terkena tilang saat membawa mobil kawan. Keduanya pergi ke kantor Kejaksaan Negeri untuk mengurus prosedur tilang yang ditentukan.

Banyak yang hadir di sana. Tanpa pikir panjang, Enny langsung mengenalkan dirinya ke orang-orang.

"Waktu menunggu untuk giliran dipanggil bayar denda, di situ kan banyak orang, tuh. Saya cerita lah. Cerita ke orang-orang sambil membagi kartu nama, 'Saya agen relawan inkubator gratis!' gitu. Bagi-bagi kartu nama. Seperti itu." kenang Enny.

Bertahun-tahun, Enny dan Lugi terus mensosialisasikan peminjaman inkubator gratisnya. Kini, Yayasan Roda Harapan Indonesia sudah cukup dikenal. Beberapa rumah sakit di Kabupaten Bogor dan sekitarnya sudah menyimpan kontak Enny.

Jumlah inkubator di Yayasan Roda Harapan Indonesia sendiri sudah mencapai 11 buah. Sejak 2015, inkubator di YRHI sudah membantu menyambung nyawa kurang lebih 450 bayi di Kabupaten Bogor dan sekitarnya.

"Saya melihat Tuhan di sesama kita yang membutuhkan pertolongan. Jadi pada waktu saya menolong sesama, artinya kita menyalurkan kasih Tuhan buat sesama itu," tutup Enny.

Halaman 2 dari 3
(nad/vys)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads