Nelayan Pantai Selatan Belum Berani Melaut
Selasa, 01 Agu 2006 16:11 WIB
Yogyakarta - Akibat gelombang air pasang yang menerjang wilayah pantai selatan beberapa hari terakhir ini, para nelayan tidak berani mencari ikan di tengah laut. Mereka hanya mencari ikan di pinggir pantai menggunakan jala seretan.Hasil yang didapatkan juga tidak terlalu banyak bila dibandingkan mencari ikan menggunakan kapal ke tengah laut. Nelayan yang mempunyai sawah banyak beralih mengolah sawah yang ada di dekat muara sungai untuk ditanami bawang merah, semangka maupun lombok. Namun bila mereka tidak punya sawah, mereka terpaksa tetap mencari ikan di pinggir laut dengan menebarkan jala seret. Jala seperti itu digunakan untuk menangkap ikan yang ada di tepian laut atau di dekat muara. Dengan ombak pasang yang tinggi itu tidak banyak nelayan di sepanjang Pantai Samas, Kuwaru maupun Pandansimo yang mencari ikan dengan jala seret tersebut. Hanya ada 10-an orang yang masih berani mencari ikan."Selain baru ada badai dan air terus pasang, dua bulan ini di wilayah Bantul dan Kulonprogo paceklik ikan," kata Rudjito Ketua Kelompok Nelayan Pantai Samas kepada detikcom, Selasa (1/8/2006).Dia mengatakan, sejak bulan Juni sudah banyak nelayan yang tidak melaut karena tidak sedang musim ikan. Bila ada yang turun, hanya beberapa nelayan saja untuk mencari udang jerbung dan ikan kembung. Sedang musim ikan jenis tongkol, cakalang, bawal maupun tuna di wilayah perairan Bantul hingga Gunungkidul baru sekitar bulan September-Oktober.Menurut dia, bila nelayan tetap mencari ikan, biaya operasional yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh tidak seimbang. Untuk sekali melaut menggunakan kapal fiber membutuhkan sekitar 10-20 liter bensin campur atau lebih kurang Rp 100 ribu. Setiap kapal yang berangkat sejak pagi diawaki 3 atau 4 orang nelayan.Udang jenis jerbung di TPI atau dijual kepada pengepul dengan harga Rp 40 ribu - Rp 45 ribu/kg. Bila sekali melaut mendapat 8 kilogram udang berarti uang sebesar Rp 320 ribu di tangan. Setelah itu uang dipotong ongkos beli bensin, baru sisanya dibagi kepada nelayankelompoknya. "Lumayan kalau dapat udang jerbung banyak lebih dari 8 kilogram, kalau hanya dapat ikan kecil-kecil malah tombok," katanya.Sementara itu berdasarkan pantauan detikcom di Kuwaru dan Pandansimo, belasan kapal fiber masih dibiarkan diparkir di pasir sekitar 50 meter dari bibir pantai. Beberapa kapal yang rusak akibat tsunami juga belum diperbaiki oleh pemilik. Sebagian lagi diikat dengan tali di dekat tanaman pandanlaut yang ada di dekat pantai agar tidak terseret gelombang pasang besar yang sewaktu-waktu muncul.Demikian pula di TPI, juga belum ada satu pun pedagang ikan yang berjualan. TPI dan meja-meja tempat mereka berdagang juga masih dibiarkan kosong. Lantai TPI Pandansimo tempat ikan dilelang juga belum dibersihkan dan masih dipenuhi pasir laut.
(nrl/)