Sejarawan Soroti RI Tak Bersikap Resmi soal Permintaan Maaf Belanda

Sejarawan Soroti RI Tak Bersikap Resmi soal Permintaan Maaf Belanda

Danu Damarjati - detikNews
Rabu, 21 Des 2022 16:35 WIB
PM Belanda Mark Rutte
Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte (AFP/NICOLAS MAETERLINCK)
Jakarta -

Perdana Menteri (PM) Belanda, Mark Rutte, menyampaikan permintaan maaf atas perbudakan masa lalu yang dilakukan negerinya terhadap wilayah-wilayah jajahannya. Sejarawan mengkritisi Pemerintah Republik Indonesia yang belum pernah bersikap resmi menanggapi permohonan maaf Belanda.

"Persoalannya, kita nggak pernah bersikap apa-apa secara resmi," kata sejarawan Bonnie Triyana dalam diskusi virtual Megawati Institute bertajuk 'Kolonialisme, Perbudakan, dan Kapitalisme: Meminta Maaf kepada Indonesia', Rabu (21/12/2022).

Sebagaimana diberitakan detikcom yang mengutip dari AFP, Senin (19/12) kemarin, PM Belanda Mark Rutte menyampaikan permintaan maaf atas keterlibatan negaranya dalam perbudakan selama 250 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di masa lalu, koloni Belanda tersebar di kawasan yang saat ini disebut sebagai Indonesia, hingga kawaan kepulauan Karibia Amerika, juga Suriname. Perdana Menteri Aruba (di Karibia) Evelyn Wever-Croes menerima permintaan maaf tersebut. Negara lain tidak bersikap langsung, termasuk Indonesia yang tak menyampaikan tanggapan resmi sampai saat ini.

Bonnie Triyana juga bersikap skeptis terhadap motif Mark Rutte menyampaikan permintaan maaf soal sejarah perbudakan tersebut. Dia curiga Mark Rutte sebenarnya ingin menarik simpati domestik yang saat ini tengah merosot. Mark Rutte ingin berlaga kembali di Pemilu dan perlu mendapatkan elektabilitas mencukupi.

ADVERTISEMENT

"Kita harus periksa betul motifnya seperti apa dan kemudian seperti apa kita perlu bereaksi," kata Bonnie.

Menurut catatan Bonnie, ini bukan kali pertama pihak Belanda menyampaikan permintaan maaf soal penjajahan di masa lalu. Pada 10 Maret 2020, Raja Belanda Willem-Alexander menyampaikan permintaan maaf ke masyarakat Indonesia atas masa 1945-1949.

Perdana Menteri Belanda Mark RuttePerdana Menteri Belanda Mark Rutte (AFP/PHIL NIJHUIS)

Pada 17 Februari 2022, Mark Rutte meminta maaf kepada Indonesia atas kekerasan yang dilakukan tentara Belanda pada agresi militer sekitar 1945-1949. "Permohonan maaf itu pun belum direspons oleh pemerintah (RI)," kata Bonnie.

Namun untuk permintaan maaf dari Mark Rutte yang terbaru ini, Bonnie tidak melihat ada nama Indonesia secara khusus yang disebut Rutte. Jadi, ini bukan permintaan maaf langsung ke Indonesia. "Tiga kali permintaan maaf, dua kali langsung disebut Indonesia," kata dia.

Ada persoalan pelik yang tersisa dari relasi sejarah Indonesia-Belanda, yakni pengakuan atas kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Belanda tidak mengakui tanggal itu, melainkan mengakui bahwa Indonesia ada di dunia mulai 27 Desember 1949 saat Konferensi Meja Bundar (KMB).

"Mungkin kalau pemerintah (RI) merespons, jadi kurang tepat karena Belanda tidak mengakui pemerintah Indonesia. Menurut saya, pemerintah mungkin juga harus clear mengirim pesan kepada Belanda soal apa yang kita mau (pengakuan soal 17 Agustus 1945)," kata Bonnie.

Lihat juga video 'Permintaan Maaf Belanda Atas Perbudakan Selama 250 Tahun':

[Gambas:Video 20detik]



(dnu/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads