Masyarakat Minangkabau secara sosial memiliki sifat terbuka, tetapi ada beberapa hal prinsip yang tidak bisa diganggu gugat. Hal itu disampaikan oleh Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Imam Bonjol Padang, Andri Ashadi.
Dia menjelaskan masyarakat Minangkabau secara kesehariannya tidak ada permasalahan dengan masyarakat pendatang. Dapat dilihat dari toko milik etnis China di Padang, pasti pekerjanya banyak orang minang.
"Berarti secara sosial, tidak masalah. Namun, mungkin ada hal-hal ideologi yang memang itu tidak bisa diganggu," ujar Andri dalam keterangan tertulis, Kamis (15/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Kemudian, Andri juga mencontohkan salah satu tempat private yang dimiliki orang China Kristen di Kota Padang, tetapi guru yang mengajar kebanyakan orang Minangkabau.
"Anak saya ada belajar private yang pemiliknya adalah orang Kristen, tetapi disediakan tempat salatnya. Itu lokasinya di Kota Padang," katanya
Lanjut dia, walaupun ada beberapa peristiwa yang akhir-akhir ini besar di media sosial tentang tidak toleransi masyarakat Minangkabau, tetapi sebenarnya tidak seperti itu.
"Ya memang banyak kita lihat kasus yang membawa nama etnis Minangkabau. Namun, sekali lagi saya tegaskan bukanlah masyarakat tertutup atau tidak mau menerima perbedaan. Jika ada sebagian orang yang seperti itu, namun mereka cenderung diam dan tidak bersifat rasis," jelasnya.
Dia juga menerangkan bahwa pada perayaan hari besar agama lain di Kota Padang khususnya, tidak pernah terjadi gejolak yang besar.
"Kalau ada itu oknum, masyarakat Minangkabau cenderung terbuka dan menghargai perbedaan," ujarnya.
(Content Promotion/Kemenag Sumbar)