Salah satu pemuda asal Minangkabau Rian Afdol menyebut masyarakat Minangkabau sudah diajarkan sifat toleransi dari sejak kecil. Dirinya yang berasal dari Kabupaten Tanah Datar sebelum memantau pasti terlebih dahulu diajarkan bagaimana bersikap di kampung orang dan membuka diri.
"Saya diajarkan bagaimana membuka diri dari budaya memantau," katanya.
Selain itu, ada pepatah Minangkabau yang mengatakan 'di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung', merupakan salah satu kiasan yang maknanya sangat dalam untuk toleransi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Artinya masyarakat Minangkabau tidak boleh egois dan harus bersifat toleransi," ujarnya.
Kemudian juga penempatan orang dalam kiasan Minangkabau yang berbunyi 'si buto paniup lasuang, si lumpuh panjago rumah, si pakak palatuih badia badia'.
"Pepatah di atas bermakna jika setiap orang punya posisi dan gunanya. Walaupun dia buta, tuli ataupun lumpuh. Makna tersirat lainnya yaitu menghargai perbedaan," katanya.
![]() |
Lalu, Rian menerangkan secara normatif nilai toleransi sudah sejak lama lahir di masyarakat Minangkabau dan dapat dari pepatah atau kiasan yang digunakannya. Jika selama ini secara sosial sebenarnya tidak ada terjadi gesekan antara masyarakat Minangkabau dengan etnis lain, yang tinggal di Sumatera Barat khususnya.
"Saya sering bertemu dengan kawan-kawan Cina, India dan mereka tidak pernah terjadi masalah," kata Rian.
(Content Promotion/Kemenag Sumbar)