Danau Shuji adalah salah satu spot wisata di Palembang, Sumatera Selatan. Letaknya di Desa Lembak, Kecamatan Lembak, Kabupaten Muara Enim.
Awalnya Danau Shuji tidak terurus dan banyak tumpukan sampah dari warga sekitar. Danau itu konon adalah dapur umum tentara Jepang pada 1940-an.
Pengelolaan Danau Shuji diawali oleh peran pemuda setempat, yakni Bob Permana. Pria kelahiran Prabumulih, 11 September 1973 ini mengaku mendapat ilham untuk membersihkan Danau Shuji setelah pulang umrah.
"Bangun tidur siang, saya tiba-tiba kepikiran Danau Shuji. Entahlah. Padahal saya ke sana cuma dua kali untuk mencari ikan. Lalu saya telepon beberapa orang untuk membersihkan danau itu," ungkap Bob.
Memasuki masa pandemi Covid-19 pada 2020, ratusan orang di Lembak menjadi pengangguran. Perusahaan tak mampu lagi menanggung ongkos operasional, karena krisis. Bob melihat inilah saat yang tepat untuk berbuat bagi kampung halamannya.
"Saya juga pernah merasakan tidak punya pekerjaan, tidak punya uang. Kalau banyak pengangguran, angka kriminalitas pasti meningkat. Saya tidak mau kampung halaman saya tidak aman. Kami ingin desa ini tetap aman," katanya.
Bob lantas mengajak empat puluh orang warga yang kehilangan pekerjaan untuk bekerja membersihkan Danau Shuji. Mereka mendapat honor dari koceknya sendiri. Ia meminta anak-anak muda di Lembak untuk berpartisipasi tanpa memikirkan biaya.
"Seratus persen dari saya. Pokoknya ikut saja. Tenang saja, kalau masalah dana, saya bertanggungjawab. Yang penting kerjakan dulu. Minimal kita ada tempat nongkrong," katanya kepada anak-anak muda itu.
Mereka mulai bekerja pada 29 Mei 2020. Butuh waktu enam bulan untuk membersihkan danau itu dari tumpukan sampah. Tak mudah membersihkannya. Banyak akar dan batang pohon dalam danau yang harus diambil pakai alat berat. Mereka benar-benar bekerja sendiri. Tak ada perhatian dari pemerintah daerah saat itu.
Nama Danau Shuji akhirnya dibersihkan dari reputasi sebagai tempat sampah. Ia mulai menyulap kawasan itu jadi objek wisata. Kegiatan Bob ini mendapat dukungan dari Pertamina Field Prabumulih yang mengizinkan pemakaian besi-besi yang sudah tidak termanfaatkan untuk membangun fasilitas penunjang, misalnya, untuk membangun jembatan, dermaga perahu sndar dan fasilitas lainnya.
Bob sendiri kemudian membangun sembilan pondok berbentuk segitiga dari kayu di sekitar danau untuk tempat bersantai. Setelah ditata bersih dan elok, Bob kemudian menghubungi sejumlah kawannya yang bekerja sebagai wartawan untuk memberitakan kabar baik dari Danau Shuji. Tak butuh waktu lama, Danau Shuji mulai disebut-sebut warga Muara Enim.
Memperkenalkan Danau Shuji baru ke publik, Bob meminta bantuan istrinya yang bekerja di Kepolisian Daerah Sumatera Selatan untuk ikut berpromosi di media sosial.
"Rombongan Polwan sebanyak dua bus saya minta berfoto-foto di Danau Shuji dan membagikannya di media sosial. Orang kalau melihat kan lebih ada geregetnya," katanya.
Orang-orang berdatangan untuk menikmati suasana di sana. Destinasi wisata baru muncul dan menjadi sumber pencarian bagi warga. Dari uang yang berputar di Dana Shuji, sebagian masuk ke kas masjid-masjid setempat dan badan usaha milik desa.
"Ada yang kami sisihkan untuk tabungan umrah untuk anak-anak yang bekerja di Shuji. Tahun ini sudah ada yang akan diberangkatkan. Belum tahu berapa orang. Saya ingin memberangkatkan umrah orang-orang desa di sini," kata Bob.
Bob ingin membuktikan kepada warga desa bisa berbuat untuk masyarakat dan membuang imej negatif mantan narapidana. "Kami punya motto di sini: tidak semua orang punya gaji, tapi semua orang punya rezeki," katanya.
Baca halaman berikutnya peran Pertamina EP dalam mengelola Danau Shuji..
(mpr/ega)