"Dari 24 pasien BN.1 domisili Jakarta, 30 persen tanpa gejala, 70 persen gejala ringan," kata Ngabila saat dikonfirmasi, Jumat (9/11/2022).
Ngabila menyampaikan subvarian BN.1 pertama kali terdeteksi di Jakarta sejak 10 Oktober 2022 lalu. "Seminggu terakhir proporsinya 5 persen dari total varian yang ditemukan di Jakarta dari hasil genome sequencing," jelasnya.
23 dari 24 Kasus Berasal dari Transmisi Lokal
Ngabila memerinci 24 kasus subvarian BN.1 terdiri dari 1 orang balita, 5 anak berusia lima tahun ke atas, 16 orang dewasa, serta 2 orang lansia.
"Satu orang merupakan pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) BN.1 asal Singapura terdeteksi pada 10 Oktober 2022. Sementara 23 kasus lainnya transmisi lokal," terangnya.
Meskipun varian BN.1 mulai terdeteksi, varian COVID-19 yang dominan di Jakarta selama seminggu terakhir adalah XXB sebesar 55% serta BQ.1 sebesar 35%.
"Intinya BN.1 ini berkembang barengan sama BQ.1 dan XBB. Tapi terlihat tidak bertambah dominan sampai dengan saat ini," ucapnya.
Terakhir, dia mengimbau masyarakat segera suntik vaksin COVID-19 dosis ketiga atau booster. Pasalnya, 6% pasien BN.1 belum menerima booster.
"Apa pun variannya jangan panik, pencegahannya sama. Cegah sakit dengan disiplin bermasker, cegah kematian dan long COVID dengan vaksinasi lengkap," imbuhnya. (taa/dnu)