Hari Bhakti Transmigrasi diperingati setiap tanggal 12 Desember. Diketahui, Hari Bhakti Transmigrasi tahun ini memasuki peringatan ke-72. Hari besar tersebut diperingati sejak tahun 1950 dan masih berlangsung hingga sekarang.
Lantas, bagaimana sejarah peringatan hari besar tersebut? Berikut ulasan selengkapnya.
Tema Hari Bhakti Transmigrasi 2022
Hari Bhakti Transmigrasi 2022 akan diperingati pada tanggal 12 Desember mendatang. Dilansir situs resmi Kementerian Desa Republik Indonesia, tema Hari Bhakti Transmigrasi 2022 "Transmigrasi Mendukung Pencapaian SDGs Desa untuk Indonesia Maju."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
SDGs adalah singkatan dari The Sustainable Development Goals yang artinya tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB).
![]() |
Peringatan Hari Bhakti Transmigrasi 2022
Puncak peringatan Hari Bakti Transmigrasi (HBT) ke-72 akan digelar di Kampung Yasa Mulya Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke, Senin (12/12/2022). Rencananya, upacara akan diselenggarakan secara hybrid dan diikuti seluruh pegawai Kemendes PDTT serta pendamping desa.
Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar beserta seluruh pejabat Kemendes dijadwalkan akan hadir mengikuti serangkaian resepsi peringatan hari besar tersebut.
"Nanti upacara dengan Pak Sekjen. Saya datangnya pas resepsi karena ada undangan dari Pak Presiden jadi upacaranya diwakilkan Sekjen," kata Menteri yang akrab disapa Gus Halim itu, seperti dikutip detikcom, Kamis (8/12/2022).
Sejarah Hari Bhakti Transmigrasi
Dikutip dari situs Kemenkeu, istilah transmigrasi pertama kali dicetuskan oleh Bung Karno tahun 1927 dalam Harian Soeloeh Indonesia. Dalam Konferensi Ekonomi di Kaliurang, Yogyakarta pada 3 Februari 1946, Wakil Presiden Bung Hatta menyebutkan pentingnya transmigrasi untuk mendukung pembangunan industrialisasi di luar Jawa.
Hari Bhakti Transmigrasi dimulai sejak 12 Desember 1950. Transmigrasi pertama kali dilakukan dengan memberangkatkan 23 Kepala Keluarga ke Lampung dan dua Kepala Keluarga ke Lubuk Linggau.
Namun, ada peristiwa tragis terkait sejarah Hari Bhakti Transmigrasi. Pada tanggal 11 Maret 1974, 67 pionir transmigran asal Boyolali, Jawa Tengah yang berangkat ke Unit Pemukiman Transmigrasi (UOT) Rumbiya, Sumatera Selatan, meninggal dunia dalam kecelakaan.
Bus yang mereka tumpangi tergelincir, lalu masuk dan terbakar di Kali Sewo, Desa Sukra, Indramayu, Jawa Barat. Untuk mengenang peristiwa tersebut, dibangun Makam Pionir Pembangunan Transmigrasi di Desa Sukra, Indramayu.
(kny/imk)