Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Marsekal Madya Henri Alfiandi menyebutkan kebanyakan korban gempa Cianjur adalah anak-anak. Henri mengatakan anak-anak itu kena reruntuhan bangunan sekolah.
"Kebanyakan korban yang terdampak Cianjur ini adalah mereka yang keruntuhan bangunan. Pada hari kemarin kita mendapat laporan banyak sekali anak-anak yang ada di sekolah yang menjadi korban," kata Henri dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi V DPR, di Kompleks Parlemen DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (22/11/2022).
Henri mengatakan anak-anak tersebut masih berada di dalam kelas saat gempa terjadi. Apalagi titik gempa berada di bawah permukiman sehingga dampaknya menjadi besar.
"Seperti apa yang dijelaskan pihak BMKG tadi, episentrumnya persis di bawah permukiman dengan 5,6 (magnitudo) ini kita tidak perlu lagi menyangsikan dampak kerusakannya," kata Henri.
Menurutnya, sampai kemarin bantuan dari berbagai wilayah dikerahkan ke lokasi. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah belum terjangkaunya kampung kecil di luar perkotaan.
"Sejak mulai terjadi kemarin, kita melakukan diskusi singkat di depan pintu karena kita harus keluar (dari gedung). Saya mau memberikan respons cepat kami kerahkan (bantuan) dari Bandung, Jakarta, Cirebon, Cilacap untuk segara merapat ke daerah terdampak," kata Henri.
"Dan juga banyaknya kampung-kampung atau daerah yang terpencil yang belum bisa kita tangani segera," lanjutnya.
Basarnas mengatakan kesulitan evakuasi warga dari reruntuhan. Salah satunya, kurangnya alat yang memadai.
"Yang kedua terbatasnya peralatan spesial untuk membelah beton, memotong baja, dan juga untuk mengungkit atau membuka beton yang menghimpit. Ini (alat) bisa kita hitung, dari banyaknya bangunan yang runtuh. kita merasa sangat kekurangan, dan solusinya kita memberangkatkan bantuan dari Solo, Semarang, Jogja, Cilacap untuk bawa peralatan ini ke Cianjur sehingga pelayan untuk menolong di dalam reruntuhan bisa dipenuhi," ujarnya.
(eva/eva)