Bali, 9 April 2019. Sejak pagi hujan deras mengguyur Lapangan Buana Patra, Singaraja. Tapi massa yang kebanyakan mengenakan kaus biru bergambar wajah Prabowo-Sandiaga Uno tetap bertahan. Mereka berkerumun di sana sambil sesekali meneriakkan yel-yel Sandiaga-Prabowo.
"Persaudaraan kita nomor satu, yang penting presiden kita nomor 2. Tusuk Prabowo-Sandi, insyaallah NKRI-Pancasila harga mati," kata Sandiaga S Uno disambut pekik yel-yel massa.
Mungkin karena faktor hujan kelewat deras, tak sampai lima menit berorasi, tiba-tiba mikrofon mati. Sandi pun memutuskan mengakhiri orasi untuk melanjutkan perjalanan ke lokasi lain di Bali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Itu adalah salah satu catatan harian Yuga Sugama Aden yang tertuang dalam buku '1.500 Inspirasi Jelajah Perjalanan Sandiaga Uno'. Rencananya, buku tersebut akan diluncurkan pada Senin (21/11/2022) siang ini.
Buku tersebut merekam perjalanan safari politik semasa kampanye Pemilihan Presiden 2019. Saat itu Sandiaga menjadi calon wakil presiden, mendampingi Prabowo Subianto. Sejak 2 September 2018 hingga 12 April 2019, Yuga mencatat ada 1.500 titik daerah yang dikunjungi Sandi, mulai timur Aceh hingga barat Sorong, Papua. Dari utara Tarakan hingga selatan Bali.
![]() |
Perjalanan puluhan ribu mil itu ada kalanya dijalani dengan pesawat komersial, kendaraan bermotor, berjalan kaki, hingga berlari di pagi atau sore hari.
"Silaturahmi sekaligus menyerap aspirasi dan berbagi inspirasi," tulis Yuga, yang pernah menjadi wartawan selama belasan tahun.
Sepanjang perjalanan, Sandiaga bertemu dengan para nelayan, petani, pelaku UMKM, kiai dan habaib, serta kelompok masyarakat lainnya. Salah satu hal menarik, di beberapa titik ternyata kelompok masyarakat yang ditemui justru memberikan sumbangan kepada Sandiaga. Hal itu antara lain terjadi saat berkampanye di Ponpes An-Nidzom, Sukabumi, pada 11 April 2019 dan keesokan harinya di GOR Saburai, Lampung.
Uang sumbangan dikumpulkan ke dalam kantong plastik. Sebelumnya, saat tiba di Sorong pada 27 Maret 2019, Sandi menerima satu stoples uang recehan.
"Uang receh untuk bayar utang negara", begitu tertulis di stoples tersebut.
Apa yang bisa dipetik dari ratusan foto yang tersebar di 252 halaman buku ini? Kalau saya lebih menangkap bagaimana kerja keras dan keseriusan Sandiaga S Uno dalam mengejar cita-cita. Selain itu, ketahanan stamina fisik, ketersediaan materi untuk biaya transportasi dan akomodasi, serta keperluan logistik lainnya diimbangi dengan keikhlasan dalam menerima takdir.
Selebihnya, buku ini tak lebih semacam dokumentasi foto dengan caption ala kadarnya. Tak ada informasi lebih dari yang telah dimuat di media massa dan media sosial kala itu. Buku ini juga menjadi terasa kurang gereget karena baru terbit tiga tahun setelah peristiwa berlalu. Apalagi, sebagai mantan wartawan, Yuga tak memberikan sedikit kisah di balik gambar ataupun dari apa yang dilihat, didengar, dan ketahuinya langsung di lapangan.
Padahal majalah Tempo edisi 13 April 2019, misalnya, memotret sedikit sisi humanis Sandiaga. Di situ disebutkan Sandiaga pernah beberapa kali sempat menangis terharu di dalam mobil seusai kampanye. Salah satunya terjadi setelah berorasi di Lapangan Buana Patra, Singaraja, 9 April 2019.
Judul: 1.500 Inspirasi Jelajah Perjalanan Sandiaga Uno
Penulis: Yuga Aden
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Terbitan: November 2022
Tebal: 252 halaman
(jat/jat)