Indonesia Corruption Watch (ICW) mengkritisi kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin. ICW menyebut ada sejumlah rekomendasi temuannya, termasuk anggaran negara dalam membiayai pendengung atau buzzer politik.
Dalam rekomendasinya, ICW menyinggung soal alokasi negara dalam membiayai pendengung atau buzzer. Peneliti ICW Tibiko Zabar menyebut pemerintah Jokowi menganggarkan Rp 90,4 miliar untuk menggunakan buzzer dalam kurun waktu 2017-2020.
"Kami menyebutnya dengan istilah influencer, setidaknya tahun 2017-2020, angka anggaran belanja negara itu hampir mencapai Rp 90,4 miliar alokasi negara untuk kerja-kerja yang melibatkan influencer," kata Tibiko Zabar kepada wartawan dalam konferensi pers yang digelar virtual, Minggu (13/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan jumlah anggaran yang dinilai cukup tinggi tersebut, ICW mempertanyakan soal akuntabilitas dan transparansi dalam penggunaan jasa Buzzer tersebut. Sebab, dia menuding para buzzer tersebut justru menutup ruang dialog dalam konteks kebijakan pemerintah.
"Karena banyak dari pengalaman gerakan antikorupsi yang digaungkan narasi-narasi yang dibangun justru bukanlah diskusi atau dialog yang sehat, tapi bagaimana memperkuat, 'membenarkan' apa yang disampaikan oleh pemerintah tapi tidak membuka ruang dialog dalam konteks kebijakan," ujar dia.
"Itu yang berkaitan dengan pendengung dan komitmen pemberantasan korupsi," imbuhnya.
ICW: 21 Kursi Kabinet dan 46 Komisaris BUMN Dibagi ke TKN hingga Relawan
Selain itu, Peneliti ICW Kurnia Ramadhana juga menuding Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf mirip dengan pemerintahan klasik lainnya, yakni dengan membagi-bagi kursi kepada pendukung politiknya.
"Jadi kalau kita melihat secara keseluruhan, ada beberapa sebenarnya anggota kabinet Presiden Joko Widodo dari tahun 2019 sampai tahun 2022 yang berasal dari tim kampanye nasional ataupun pendukung-pendukung politiknya," sebut Kurnia.
Berdasarkan data yang dimiliki ICW, Kurnia mengklaim setidaknya ada 21 kursi kekuasaan kabinet yang diberikan Jokowi kepada pendukungnya. "Berdasarkan catatan ICW, setidaknya ada 21 kursi kekuasaan kabinet yang diberikan kepada para pendukung Pak Jokowi," ungkapnya.
Kurnia juga menuding 46 komisaris turut dibagi-bagikan kepada relawan hingga tim pendukung Jokowi. Dia menilai hal itu disebabkan lantaran memburuknya tata kelola pemerintahan.
"Jumlahnya ketika kita lihat, sekurang-kurangnya ada 46 orang pendukung politik Pak Jokowi, baik dari TKN, organisasi tertentu, relawan tertentu yang menjadi komisaris BUMN hari ini," ungkap dia.
Rekomendasi ICW, selengkapnya di halaman selanjutnya.