Tak ada yang lebih teriris hatinya saat melihat Lissa Ameliya Safitri (15) hanya terbaring lemah tanpa bisa banyak bergerak. Tubuh remaja ini seolah hanya tulang yang terbungkus kulit lantaran mengalami gizi buruk sejak kecil.
Sudah banyak perjuangan Lissa dan keluarganya untuk menyembuhkannya. Namun apa daya, ayahnya hanya seorang buruh bangunan dan telah berusaha untuk Lissa hingga menjual rumah di Desa Sukahaji, Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Turinih, ibu Lissa, mengatakan Lissa sudah mengalami gangguan kesehatan saat berusia kurang dari 2 tahun. Saat menginjak usia 18 bulan, Lissa demam disertai kejang. Lissa pun diurut. Setelah itu, Lissa tidak bisa mendengar dan melihat. Lissa kembali mengalami kejang dan dibawa ke rumah sakit. Ketika itu dokter mengatakan Lissa didiagnosis mengalami saraf kejepit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lama-lama di sana (rumah sakit), namanya kita orang nggak mampu, apalagi rumah sakit swasta. Akhirnya ujung-ujungnya kita maksa pulang karena kita nggak ada uang. Kita maksa pulang dalam keadaan Dede (Lissa) masih dipasang selang dari hidung," kata Turinih kepada tim berbuatbaik.id.
![]() |
Selang tersebut, menurut Turinih, menjadi media untuk asupan makan Lissa. Selang pun harus diganti tiga hari sekali. Biaya pergantian selang ini pun menjadi beban untuk keluarga. Akhirnya, karena tidak mampu, pasutri ini pun melepas selang Lissa dan membantu Lissa untuk mau membuka mulut. Syukur, Lissa bisa membuka mulutnya namun tidak bisa menelan makanan pada umumnya. Orang tua Lissa hanya memberikan Lissa bubur atau air tajin yang dicampur susu yang membuat perkembangan Lissa masih lambat.
"Pas dilepas selang, mulutnya awalnya rapet, dikit-dikit dikasih minyak akhirnya mulut bisa kebuka alhamdulillah. Kondisi sekarang Dede sih agak mending menurut saya sih dibanding sebelumnya. Sekarang telinga sudah denger. Tajin itu kan sari beras semacam kalau kita nggak makan seperti makan, jadi dikasih itu terus dan sekarang dikasih bubur. Makan itu terus gizi kurang. Sekarang udah bubur dan susu juga sekarang lewat mulut. Mudah-mudahan sembuh secara perlahan. Biaya rumah sakit itu jutaan. Ganti selang saja waktu itu Rp 1 juta lebih tiga hari sekali," cerita Turinih panjang lebar.
Turinih memang tidak bisa terus membawa Lissa ke dokter atau memenuhi gizinya lantaran terbentur masalah ekonomi. Ayah Lissa, Nurahmat, hanya seorang buruh bangunan dan pekerja serabutan. Dia mengatakan, jika sedang ada pekerjaan, dirinya bisa mendapatkan Rp 600 ribu per dua minggu dan hanya cukup untuk makan sehari-hari. Untuk berobat, Nurahmat mengaku kesulitan, apalagi keluarganya tidak mempunyai BPJS Kesehatan.
"Selama ini pengobatan Dede pake biaya sendiri dibantu saudara dan orang tua waktu masih ada. Sebelumnya saya punya rumah, tapi sudah dijual buat biaya Dede. Rumah dijual, motor juga dijual, sampai habis buat Dede waktu masih di RS. Kerja di proyek terus sih. Untung orang tua membantu terus. Ke sininya orang tua nggak ada, nggak tahu, bingung saya, masih berjuang keras," pungkasnya.
Besar harapan Nurahmat dan Turinih agar anak gadisnya bisa segera sembuh. Karena itu, uluran tangan sahabat baik amat diperlukan agar Lissa segera pulih. Mari bantu ringankan beban keluarga ini dan bersamai mereka dalam menyembuhkan Lissa.
Caranya sederhana, sahabat baik bisa mulai Donasi sekarang juga melalui berbuatbaik.id. Klik LINK DONASI BERIKUT INI.
Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan.Kamu yang telah berdonasi akan mendapatkan notifikasi dari tim kami. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang diikuti, berikut update terkininya. Jika berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.
Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang!
(kny/imk)