Kisah Dahsyatnya Surfing di Atas Gelombang Tsunami
Kamis, 20 Jul 2006 17:54 WIB
Cijulang - Pantai Batukaras, Cijulang, Ciamis, merupakan salah satu surga bagi para penggemar surfing. Ombak yang besar dan menantang serta pantai yang indah membuat mereka yang suka olahraga ini betah berselancar di pantai yang berjarak sekitar 40 km ke arah barat Pangandaran ini.Namun gelombang tsunami pada Senin 17 Juli lalu memporak-porandakan keindahan pantai ini. Wisatawan peselancar pun langsung surut, termasuk wisawatan asing. Pantai porak poranda, puluhan kapal masih berserakan di areal pemukiman warga. Rumah-rumah yang terbuat dari kayu sebagian besar roboh. Warga saat ini mengungsi ke perbukitan Cijulang, sekitar 2 km dari pantai.Saat detikcom mengunjung lokasi ini, Kamis (20/7/2006) hampir seluruh warga masih berada di pengungsian. Hanya sejumlah warga tampak membersihkan puing-puing rumah mereka yang roboh.Anehnya, saat menengok ke arah laut tampak ada 5 orang yang asyik berselancar. Saat didekati, lima orang ini ternyata warga Jakarta yang baru saja menyerahkan bantuan untuk para pengungsi. Mereka adalah Aria, Ricki, Deni, Adian dan seorang peselancar warga setempat bernama Budi."Kami ke sini niatnya bukan untuk surfing, tetapi menyerahkan bantuan sembako buat warga dan teman-teman surfing kami di sini. Tapi saat melihat ombak gini, kita tidak mau rugi. Turunlah kita," ujar Aria.Menurut Aria, para peselancar sudah mempunyai jaringan surfing di berbagai daerah. Dari ujung pulau Sumatera sampai Papua. Termasuk banyak peselancar di Batukaras yang masuk jaringan. "Kami sepakat sesama jaringan surfing untuk meramaikan lagi kawasan ini," ujarnya.Kisah menarik disampaikan Budi, peselancar Batukaras. Ia merupakan salah satu saksi mata gelombang tsunami yang menerjang kampungnya. Maklum saja, saat kejadian, ia tengah berselancar di pantai tersebut."Saya melihat ombak yang berada di pantai surut, tidak lama kemudian muncul ombak besar dari tengah. Saya menyelam, sempat tergulung 50 meter ke tengah laut," ujarnya.Saat digulung ombak, ia tetap memegang papan selancar dan nyaris lepas. Tiba-tiba datang lagi ombak kedua yang tidak kalah besarnya, membuat dirinya memilih untuk memanfaatkan ombak besar kedua ini untuk berselancar ke arah daratan."Saat ombak kedua inilah, saya merasakan meluncur sangat cepat sekali. Seperti naik motor dengan kecepatannya masuk gigi 4 dengan gas maksimal," ujar dia.Budi akhirnya terhempas ke daratan. Ia hanya mengalami luka-luka ringan. "Seumur-sumur baru kali ini saya melihat ombak sebesar ini. Ternyata untuk mencari pengalaman berselancar yang paling menarik, tidak perlu buang-buang duit ke Sumatera, karena ombak terbesar ternyata ada di kampung sendiri," ujarnya terkekeh.
(jon/)