Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menuturkan salah satu isu yang menjadi arus utama perjuangan kaum wanita di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, adalah isu keadilan dan kesetaraan gender. Yaitu wanita bisa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan kaum pria.
Meskipun telah diperjuangkan selama beberapa dekade, isu ini masih terus mengemuka hingga saat ini. Ia mengatakan isu kesetaraan gender juga menjadi satu dari empat prioritas yang diusung Women 20 (W20) dalam Presidensi G20 Indonesia.
"Isu kesetaraan gender juga menjadi satu dari empat prioritas isu yang diusung Women 20 (W20) dalam Presidensi G20 Indonesia saat ini. Di samping isu-isu lainnya, seperti isu inklusi ekonomi khususnya pada sektor UMKM, isu ketahanan perempuan pedesaan dan penyandang disabilitas, serta isu kesehatan yang utamanya akses kesehatan berbasis keadilan gender," ujar Bamsoet dalam keterangannya, Rabu (9/11/2022).
Dalam Kongres ke-25 Persatuan Wanita Republik Indonesia (PERWARI) tersebut, Wakil Ketua Umum Golkar ini menjelaskan untuk mengetahui sejauh apa cita-cita keadilan dan kesetaraan gender telah berhasil diwujudkan, setidaknya ada dua indikator yang dapat dijadikan rujukan. Pertama adalah indeks pembangunan gender yang menggambarkan perbandingan capaian antara indeks pembangunan manusia antara perempuan dan laki-laki.
Ia menjelaskan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat indeks pembangunan manusia dari perspektif gender menunjukkan tren positif dari tahun 2017 hingga 2021.
"Berdasarkan catatan BPS, pada kurun waktu 2017 hingga 2021, indeks pembangunan manusia Indonesia dari perspektif gender terus menunjukkan tren positif. Pada tahun 2017, indeks pembangunan gender nasional mencapai 90,96, dan pada tahun 2021 meningkat menjadi 91,27 masuk dalam kategori 'tinggi'," kata Bamsoet.
Rujukan yang kedua adalah indeks pemberdayaan gender yang mencerminkan keadilan dan kesetaraan gender berdasarkan partisipasi politik dan ekonomi yang mempertimbangkan tiga faktor. Yaitu keterlibatan perempuan dalam parlemen, partisipasi perempuan sebagai tenaga profesional, dan kontribusi perempuan dalam pendapatan pekerjaan.
Berdasarkan data BPS, indeks pemberdayaan gender di Indonesia juga terus menunjukkan tren perbaikan sejak tahun 2017 meskipun tidak sebesar indeks pembangunan gender. Pada tahun 2021, indeks pemberdayaan gender berdiri di 76,26, naik dari tahun 2017 yaitu 71,74.
Ia mengatakan peningkatan indeks pemberdayaan gender ini terjadi dari keterlibatan perempuan di parlemen hingga partisipasi perempuan sebagai tenaga profesional yang meningkat.
"Peningkatan indeks pemberdayaan gender ini terjadi pada seluruh komponen indikator, mulai dari keterlibatan perempuan di parlemen yang meningkat dari 17,32 persen menjadi 21,89 persen, partisipasi perempuan sebagai tenaga profesional yang meningkat dari 46,31 persen menjadi hampir 50 persen, hingga kontribusi pendapatan perempuan yang meningkat dari 36,62 persen menjadi 37,22 persen," urai Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini mengingatkan masih terbuka banyak ruang dan peluang yang belum dimanfaatkan secara optimal oleh kaum perempuan. Yaitu keterlibatan perempuan dalam parlemen yang meskipun sudah meningkat hingga 21,89 persen namun belum bisa memenuhi kuota 30 persen yang disediakan bagi keterwakilan perempuan di parlemen.
Kondisi ini merefleksikan fakta bahwa masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dan semestinya dapat membangkitkan kesadaran bersama untuk meningkatkan peran perempuan pada berbagai sektor kehidupan. Khususnya dalam perspektif perempuan sebagai sumber daya pembangunan. Ia yakin PERWARI mampu menjadi kekuatan dengan solidaritas kelembagaan yang dimiliki.
"Saya meyakini dengan soliditas kelembagaan yang dimiliki, PERWARI akan mampu menjadi kekuatan penggerak, generator dan sekaligus dinamisator yang berperan penting untuk memotivasi, menginspirasi, melakukan berbagai langkah terobosan serta inovasi untuk mengoptimalkan peran perempuan, di tengah dinamika perkembangan zaman," pungkas Bamsoet.
(ncm/ega)