PBNU Kritik Politik Identitas, PA 212: Anjing Menggonggong Kafilah Berlalu

PBNU Kritik Politik Identitas, PA 212: Anjing Menggonggong Kafilah Berlalu

Wildan Noviansah - detikNews
Sabtu, 05 Nov 2022 13:41 WIB
Ketua Umum Persaudaraan Alumni 212, Slamet Maarif (Yulida Medistiara/detikcom)
Sekretaris Majelis Syuro Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Ma'arif. (Yulida Medistiara/detikcom)
Jakarta -

Sekretaris Majelis Syuro Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Ma'arif menyebut Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kerap mengkritik terkait aksi massa yang digelar pihaknya. Slamet menyikapi kritik tersebut dengan peribahasa 'anjing menggonggong, kafilah berlalu'.

"Kan dari dulu PBNU itu kalau kita yang aksi dibilangnya politik-politik begitu. Emang 'lagu'-nya dari dulu. Padahal NU sendiri yang selama bermain politik," kata Slamet saat dihubungi, Sabtu (5/11/2022).

Slamet mengklaim aksi PA 212 digelar demi kepentingan publik. Selain itu, aksi dilakukan untuk mengkritisi dan mengingatkan pemerintah terkait kebijakan yang telah diambil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setiap ada kebijakan pemerintah yang memang membahayakan negara, termasuk UU yang soal Omnibus Law, kemudian kenaikan BBM yang sekarang itu, kita pasti turun. Kita sebetulnya memang gerakan moral, untuk menjadi pengingat pemerintah, mengkritisi kebijakan pemerintah supaya tidak semena-semena," ujarnya.

Menurut Slamet, NU tak paham dengan maksud dari aksi yang digelar PA 212. Dia lalu mengatakan ada sejumlah gerakan massa yang melakukan unjuk rasa, bukan hanya PA 212.

ADVERTISEMENT

"Ini dia yang NU nggak paham. Aksi akbar 1, 2, 3, dan 4 kemarin itu Bukan Hanya PA yang mengadakan, tetapi GNPR, gabungan dari beberapa ormas, dan itu rakyat. GNPR itu betul-betul gerakan moral, nggak cuma PA 212 saja. Jadi memahaminya saja sudah salah, bagaimana isinya," sambungnya.

Slamet juga menilai politik identitas merupakan hal wajar. Dia lalu menuding pihak yang tak melakukan politik identitas tak memiliki identitas.

"Sesungguhnya kalau orang ngomong antipolitik identitas, itu sebenarnya dia sudah nggak punya identitas. Itu biasanya berlaku untuk kita, tapi tidak untuk yang lain," tutur dia.

"Kan tidak ada di negeri ini yang tidak pakai identitas. NU sendiri ke mana mana bawanya Gus Dur. Identitas juga kan? PDIP dengan Sukarnonya. Demokrat dengan SBY-nya. Sesungguhnya sah-sah saja," imbuh Slamet.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Saksikan juga 'Tuntutan Aksi 411: Turunkan Harga BBM-Minta Jokowi Mundur':

[Gambas:Video 20detik]



Masih kata Slamet, PA 212 disebut juga telah melakukan politik gagasan, seperti yang disarankan PBNU. "Gagasan-gagasan sering sudah kita sampaikan dari dulu. Persoalannya, apakah pemerintah sekarang itu mengedepankan gagasan atau selama ini hanya mengikuti kemampuan oligarki saja," kata dia.

"Jadi biarlah PBNU ngomong apa. Anjing menggonggong, kafilah berlalu. Kita tetap jadi kafilah saja, biarkan mereka jadi apanyalah, ya," sambung Slamet.

Dia memastikan PA 212 tetap pada rencana aksi 212. "Insyaallah (aksi reuni 212 tetap digelar). Kan kalau unjuk rasa menurut undang-undang nggak perlu pakai izin, cukup pemberitahuan. Jadi nanti kita akan buat surat pemberitahuan, ini kan bagian dari unjuk rasa," ucap Slamet.

Dia selanjutnya menanggapi kritik PBNU soal serangkaian aksi PA 212 bisa memecah belah bangsa. Slamet Ma'arif lalu balik mengkritik Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.

"Yang bikin pecah belah bangsa itu sebenarnya tokoh-tokoh PBNU seperti. Menteri Agama itu mulutnya kalau ngomong bikin pecah belah bangsa," ungkap Slamet.

Slamet menuding PBNU tengah bergerilya memecah belah bangsa. Dia pun menduga PBNU yang merupakan dalang di balik pembubaran HTI hingga FPI.

"Justru orang NU sendiri yang sekarang bergerilya memecah belah anak bangsa. Termasuk NU-lah yang patut diduga menjadi otak pembubaran HTI, otak pembubaran FPI, dan otak di balik pembatalan dan pengusiran ulama yang di daerah daerah, itu yang pecah belah bangsa," sebut Slamet.

"PBNU terlalu jauh berpolitik. Pada akhirnya merasa nyaman, pada akhirnya merasa paling benar. Akhirnya ingin menyingkirkan yang lain, itu yang perlu dikoreksi dan dievaluasi PBNU," sambung dia.

gedung PBNUGedung PBNU (Foto: dok. nu.or.id)

Sebelumnya, PBNU mengimbau seluruh pihak menghentikan upaya politik identitas. Pernyataan itu disampaikan guna menyikapi aksi 411 kemarin dan rencana reuni 212.

"Untuk semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung, kita minta untuk menghentikan semua gerakan yang memecah belah kesatuan bangsa. Kedepankan politik gagasan, setop politik identitas," kata Wasekjen PBNU Rahmat Hidayat Pulungan dalam keterangannya, hari ini.

Menurutnya, politik identitas adalah aksi pembodohan kepada masyarakat. Merawat dendam hanya membuat bangsa ini kehilangan energi positifnya.

"Kita perlu persatuan. Kebersamaan akan membuat kita kuat sebagai bangsa," katanya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Rahmat mengatakan bangsa yang besar akan mewarisi nilai-nilai kebaikan untuk generasi mudanya, bukan menanamkan energi negatif. Politik identitas adalah kejahatan politik yang pada akhirnya menjadi kejahatan kemanusiaan.

"Kita sebagai umat Islam harus ingat kaidah ushul fiqih yang selalu digunakan para ulama terdahulu kita yang telah bersusah payah membangun republik ini. Dar'ul mafasid, muqoddamun ala jalbi al masalih, bahwa 'Mencegah kerusakan lebih utama daripada mendatangkan kemaslahatan'," ujarnya.

Rahmat meminta semua pihak untuk dewasa dalam menyikapi dinamika sosial yang terjadi. "Politik identitas fakta sejarahnya hanya memecah belah bangsa dan rakyat, maka mencegahnya adalah keharusan bagi kita semua," tuturnya.

Halaman 2 dari 3
(aud/aud)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads