KNKT Beberkan Investigasi Kecelakaan Sriwijaya Air SJ182 di Rapat DPR

ADVERTISEMENT

KNKT Beberkan Investigasi Kecelakaan Sriwijaya Air SJ182 di Rapat DPR

Firda Cynthia Anggrainy - detikNews
Kamis, 03 Nov 2022 13:45 WIB
Jakarta -

Komisi V DPR menggelar rapat bersama Kementerian Perhubungan, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), dan PT Sriwijaya Air membahas kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta-Pontianak yang jatuh di Perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021. KNKT memaparkan hasil investigasi kecelakaan dalam rapat tersebut.

Pantauan detikcom, Kamis (3/11/2022), rapat digelar di ruangan Komisi V DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta. Hadir dalam rapat yakni Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Novie Riyanto, Ketua Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo, dan Dirut Sriwijaya Air Anthony Raimond Tampubolon.

Nurcahyo menjelaskan soal penyebab insiden kecelakaan Sriwijaya Air SJ182 yang menewaskan seluruh awak dan penumpang di pesawat itu. Menurut Nurcahyo, tim investigasi meyakini adanya gangguan pada sistem mekanikal pesawat Boeing 737-500 dengan registrasi PK-CLC itu.

"Dari flight data recorder (FDR) dan cockpit voice recorder (CVR) yang sudah kita unduh datanya, pada saat pesawat climbing terjadi perubahan mode autopilot yang sebelumnya menggunakan flight management computer, berpindah menggunakan mode control panel," kata Nurcahyo.

Nurcahyo menjelaskan, dalam operasi normal, auto-throttle akan menggerakkan kedua thrust lever mundur untuk mengurangi tenaga mesin. Namun, lanjutnya, auto-throttle tidak dapat menggerakkan thrust lever kanan pada pesawat.

"Namun demikian, dalam penerbangan ini, ternyata auto-throttle tidak dapat menggerakkan thrust lever yang kanan, thrust lever kiri tetap bergerak, sementara itu thrust lever kanan tidak bergerak," katanya.

Nurcahyo mengatakan KNKT telah memeriksa sebanyak 7 komponen. Berdasarkan pemeriksaan itu, dia menyebut ada gangguan mekanikal, bukan sistem komputer.

"Kami telah memeriksa komponen, beberapa komponen ada 7 komponen yang kita periksa, sebagian di Amerika dan sebagian di Inggris, dan komponen terkait auto-throttle dan sehingga kami meyakini bahwa gangguan yang terjadi pada thrust lever sebelah kanan ini adalah gangguan sistem mekanikal dan bukan pada sistem komputernya," kata dia.

Lebih lanjut, Nurcahyo mengungkapkan menjelang ketinggian 11 ribu kaki, tenaga mesin Sriwijaya Air SJ182 semakin berkurang lantaran thrust lever kanan tidak bergerak. Hal ini menyebabkan perbedaan tenaga mesin sebelah kiri dan kanan makin besar atau asimetri.

"Artinya, terjadi perbedaan antara kiri dan kanan, perbedaan ini disebut dengan asimetri," katanya.

Ia mengatakan asimetri menimbulkan perbedaan tenaga mesin yang menghasilkan gaya yang membelokkan pesawat ke kiri. Gaya ke kiri menjadi lebih besar dari gaya yang membelokkan ke kanan oleh aileron dan flight spoiler sehingga pesawat berbelok ke kiri.

Adapun keterlambatan cruise thrust split monitor (CTSM) untuk menonaktifkan auto-throttle pada saat asimetri karena flight spoiler memberikan nilai yang lebih rendah berakibat pada asimetri yang makin besar.

"Kurangnya monitoring pada instrumen dan posisi kemudi yang miring mungkin telah menimbulkan asumsi bahwa pesawat miring sehingga tindakan pemulihan tidak sesuai. Pemulihan ini tidak bisa dilaksanakan secara efektif dan tepat waktu," katanya.

Ia menambahkan, proses investigasi kecelakaan Sriwijaya Air SJ182 dipimpin oleh KNKT dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Internasional Civil Aviation Organization (ICAO), dengan melibatkan negara pembuat pesawat yakni Boeing asal Amerika Serikat, Transport Safety Investigation Bureau Singapura, Air Accident Investigation Branch Inggris, hingga pabrik mesin General Electric.

(fca/gbr)


ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT