Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) pada 2030 sebesar 50%. Selain itu, Pemprov DKI menargetkan nol emisi pada 2050.
"Kota Jakarta ditargetkan menjadi kota berketahanan iklim pada tahun 2030. Menjadi kota berketahanan iklim berarti Jakarta tidak hanya berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 30% dan target ambisius sebesar 50% pada tahun 2030, serta target untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2050," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, dalam acara Publik Ekspose Inventarisasi Profil Emisi dan Pelaporan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, di Balai Kota DKI, Rabu (2/11/2022).
Sementara itu, Kepala Pusat Kebijakan Keenergian ITB, Retno Gumilang Dewi, mengatakan target tersebut dapat tercapai jika melakukan kegiatan mitigasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau misalkan ada kegiatan mitigasi, tadi turun kan targetnya nanti di 2030, emisinya itu 50 persen, dibandingkan itu, target ambisius, tapi kalau komitmennya, 30 persen," kata Retno.
Retno mengatakan untuk menurunkan emisi GRK diperlukan sejumlah aksi. Dia menyebut aksi-aksi itu berupa penggunaan mobil listrik dengan renewable.
"Mobil listrik itu termasuk salah satunya (cepat menurunkan emisi), tetapi listriknya harus dari renewable karena kalau masih pakai listrik PLN sampai tahun 2030 emisinya masih tinggi," ujarnya.
Menurutnya, dengan berpindah menggunakan listrik akan cepat menurunkan emisi GRK. Dia menyebut, jika hal itu dapat diterapkan, emisi pada 2060 dapat mencapai nol persen.
"Setelah 2030 PLN akan turun, pelan-pelan nanti di 2060 emisinya 0, nanti 2060 kalau semuanya pindah ke listrik itu akan lebih cepat menurunkan emisi gas rumah kaca," katanya.
"Ke depannya memang di dunia ini konsumsi energi itu akan berpindah secara masif ke listrik, baik di sektor rumah tangga di building, terakhir di sektor transportasi," imbuhnya.
(isa/isa)