Komnas HAM menyampaikan temuan fakta hasil penyelidikan tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang. Komnas HAM menyatakan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) tak menjelaskan larangan FIFA dalam kerja sama dengan Polri.
"Kami menemukan ada pelanggaran regulasi FIFA dan PSSI regulasi FIFA dan PSSI dalam perjanjian kerja sama (PKS) antara PSSI dengan Polri," kata Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara dalam jumpa pers di kantornya, Rabu (2/11/2022).
Pelanggaran tersebut merupakan temuan fakta keempat yang disampaikan Komnas HAM terkait peristiwa yang terjadi pada Sabtu (1/10) malam lalu. Kerja sama yang dimaksud Komnas HAM ialah terkait pengamanan pertandingan yang melibatkan personel Polri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beka mengatakan kerja sama tersebut diinisiasi PSSI. Namun, dalam penyusunan perjanjian kerja sama, PSSI tak memberi penjelasan detail kepada Polri.
"Dalam penyusunan perjanjian kerja sama (PKS), PSSI tak menjelaskan aturan-aturan FIFA secara spesifik termasuk penggunaan gas air mata sebagaimana regulasi Pasal 19 aturan FIFA tentang stadium safety and regulation," kata dia.
"Jadi ketika penyusunan PKS, PSSI tak menjelaskan apa yang dilarang, apa yang boleh, jadi hanya disandingkan saja, kemudian selesai," tambahnya.
Dia mengatakan, dalam pembuatan perjanjian kerja sama, PSSI menyerahkan kepada Polri soal tim mana yang akan diperbantukan dalam mengamankan pertandingan.
"PSSI dan Polri melibatkan peran samapta dan Brimob dalam kerja sama tersebut," katanya.
Temuan faktual kelima ialah terkait kelayakan Stadion Kanjuruhan untuk pertandingan. Stadion ini terakhir kali diverifikasi pada 2 tahun lalu.
"Verifikasi Stadion Kanjuruhan dilakukan pada Februari 2020, dilakukan PT LIB, dengan status: Stadion Kanjuruhan tak memiliki dokumen sertifikat stadion, rencana evakuasi, ground rose, surat ketersediaan lapangan," katanya.
Tragedi Kanjuruhan terjadi seusai pertandingan Arema FC melawan Persebaya yang dihelat pada Sabtu (1/10) malam. Sebanyak 135 orang meninggal dalam insiden tersebut dan ratusan orang lain terluka.
Peristiwa itu terjadi karena kericuhan yang terjadi setelah pertandingan berakhir dengan skor 2-3 untuk kemenangan Persebaya. Penonton berdesakan saat keluar dari Stadion Kanjuruhan setelah dibubarkan aparat.
Penonton sempat masuk ke lapangan. Aparat lalu memukul mundur hingga menembakkan gas air mata hingga membuat para penonton berebut keluar dari stadion.
(jbr/dhn)