Kasus kebocoran data yang marak terjadi bisa berimbas pada lunturnya kepercayaan masyarakat kepada layanan startup digital. Maka dari itu, startup digital harus mampu meyakinkan user bahwa data-data pribadi mereka aman.
Dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Rabu (26/10/2022) workshop bertajuk 'Sustainable Product through Proper Personal Data Management', penyelenggara sertifikasi elektronik (PSrE) PT Indonesia Digital Identity (VIDA) memberikan tips menjaga keamanan data pribadi user kepada 20 inovator Pahlawan Digital UMKM 2022.
Head of Product VIDA Ahmad Taufik mengatakan, data-data pribadi yang diisi oleh user saat mendaftar untuk menggunakan layanan platform digital harusnya hanyalah data-data yang diperlukan untuk mengakses layanan. Jangan sampai user diwajibkan menginput banyak data pribadi yang sebenarnya sama sekali tidak dibutuhkan.
"Harus eksplisit bahwa data yang diminta apa, untuk dipergunakan dalam proses apa," kata Taufik dalam workshop daring pada Selasa (25/10/2022) malam.
Selanjutnya, setelah user menginput data-data pribadi yang diperlukan untuk mengakses layanan, startup digital harus mampu menyimpan data-data tersebut dengan aman. Sebab, menjaga keamanan dan kerahasiaan data pribadi user merupakan bagian dari layanan perusahaan terhadap pelanggan.
Jika data-data pribadi user bocor, pemilik bisnis yang mengumpulkan data tersebut, termasuk startup digital, bisa menghadapi konsekuensi hukum yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi.
"Jadi secara infrastruktur, IT-nya harus aman. Kalau kita tidak proper me-manage data customer, banyak sekali risiko dan sekarang risikonya under undang-undang, ada denda, hukuman pidana," ujar Taufik.
"Selain itu, kalau ada isu terhadap data personal pengguna atau user kita, itu akan jadi masalah tersendiri terhadap kepercayaan pada layanan kita," tutur dia.
Di sisi lain, sistem yang aman tersebut harus dihadirkan dalam sebuah produk yang mudah digunakan oleh user saat menginput data pribadinya. Tujuannya agar user mendapatkan pengalaman (user experience/UX) yang baik saat menggunakan layanan tersebut.
UX ini dilihat dari tiga faktor, yakni kecepatan (speed) menggunakan layanan/produk, simpel, dan conversion rates atau tingkat keberhasilan user menyelesaikan aktivitasnya di platform.
"Produknya harus didesain seperti apa untuk menjaga jangan sampai bocor, tanpa melupakan bahwa UX itu paling penting. Se-secure apa pun, kalau UX tidak bagus, (layanan) tidak akan dipakai juga. Jadi harus balance antara secure berdasarkan peraturan yang ada dan perhatikan UX," tutur Taufik.
Percayakan pada Ahlinya
Guna mencegah terjadinya kebocoran data dan memberikan UX yang baik, Taufik mengatakan, penyelenggara sistem elektronik termasuk startup digital bisa memercayakan penyimpanan data pribadi ini kepada ahlinya.
Salah satu cara paling mudah yakni menyediakan fitur "Login with Google" di platform digital.
"Kalau user sudah punya akun Google, bisa signup dengan akun Google instead of harus daftar lagi bikin akun baru dengan password yang panjang, belum nanti lupa password," kata Taufik.
"Jadi salah satu cara agar reliability atau agar risiko tidak nempel di kita (pemilik platform), percayakan kepada pihak terpercaya seperti Google," tambah dia.
Selain itu, pemilik platform juga bisa memercayakan keamanan data user ini dengan menggunakan jasa PSrE seperti VIDA. Sebab, VIDA pasti memverifikasi user pemilik sertifikat elektronik di perusahaannya.
Dalam workshop yang sama, Product Marketing VIDA Mammo Hasto mengatakan bahwa VIDA menyimpan data pribadi user dengan aman sesuai standar global untuk mencegah kebocoran data.
"PSrE seperti VIDA, kami menyimpan data berupa sertifikat elektronik yang sudah jadi standar global, ada kriptografi, enkripsi. Jadi data itu bisa disimpan siapa saja tapi hanya bisa dibuka setelah diberi consent atau persetujuan user dengan autentikasi, dalam hal ini kami menggunakan autentikasi biometrik," kata Mammo.
Menurut Mammo, manajemen data pribadi user dengan sertifikat elektronik, selain sesuai UU, juga memberikan keuntungan bagi pengelola platform digital, yakni bisa menghubungkan user ke layanan pihak ketiga tanpa harus membuat user repot-repot mengisi data dari awal lagi yang harus kembali diverifikasi ulang.
"Saat customer sudah tersertifikasi elektronik, saat pengelola platform digital akan memberikan add on service misalnya berupa pendanaan, kami bisa dengan mudah memberikan data dengan consent end user ke perbankan," tutur Mammo.
Tentang Pahlawan Digital UMKM
Untuk diketahui, Pahlawan Digital UMKM adalah program kolaborasi Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) dengan Staf Khusus Presiden Putri Tanjung yang bertujuan untuk mencari inovator digital yang berkomitmen membantu para pelaku UMKM naik kelas dan lebih berdaya dengan berbagai inovasi dan solusi digital.
Sejak pendaftaran dibuka pada 29 Agustus-29 September 2022, sebanyak 269 inovator digital telah mendaftar. Para pendaftar kemudian diseleksi dan telah terpilih 20 besar yang berhak mengikuti workshop untuk mendapatkan materi penguatan teknis bagi startup digital.
20 besar peserta yakni Mindo, Smeshub, Starchain, Panak.id, Modern farm, Surplus, Ciptani, Djoin, Warjali, Crustea, Dagangan, Onstock, Sandangs, Beliayam.com, Aturkuliner, Iam.id, Manganfoods, Mastani, eFishmart, dan Tumbasin.
20 inovator digital tersebut juga akan mengikuti penyelarasan program dengan program digitalisasi KemenKopUKM. Selanjutnya, mereka akan melaju ke sesi final Pahlawan Digital UMKM 2022 pada 10 November mendatang.
Para pemenang nantinya akan mendapatkan hadiah menarik sampai ratusan juta rupiah, menjadi mitra Kementerian Koperasi dan UKM dalam berbagai program digitalisasi UMKM, serta berkesempatan pitching di hadapan dewan kurator dan berbagai lembaga pembiayaan.
(rdp/imk)