Ketua MPR RI Bambang Soesatyo bertemu dengan Wakil Ketua Dewan Syuro Republik Yaman H.E Mr. Abdullah Mohammed Abulghaith Qibab di sela Konferensi Internasional MPR Dunia di Bandung, Jawa Barat, Senin (24/10). Bamsoet menyampaikan harapan Indonesia agar konflik berkepanjangan yang terjadi di Yaman bisa segera berakhir.
Usai pertemuan, Bamsoet mengungkapkan Pemerintah Yaman bersedia berdialog dengan kelompok Houthi untuk segera mengakhiri konflik tersebut. Ia menyatakan Indonesia sangat menghormati kedaulatan setiap negara, sekaligus menentang berbagai tindakan pemberontakan maupun penjajahan yang dilakukan oleh berbagai kalangan yang dapat mengganggu stabilitas kedaulatan sebuah negara merdeka, sesuai amanat pembukaan konstitusi UUD NRI 1945.
"Pembukaan konstitusi UUD NRI 1945 juga mengamanatkan bahwa tujuan pemerintahan negara Indonesia salah satunya untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Kedua amanat konstitusi inilah yang mendorong MPR RI menggagas pembentukan Forum for World Consultative Assembly (Forum Consultative Assembly) untuk memaksimalkan fungsi diplomasi keparlemenan guna berkontribusi untuk mewujudkan perdamaian, peradaban, toleransi, dan solusi atas berbagai masalah yang dihadapi dunia," jelas Bamsoet
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua DPR RI ke-20 itu juga mengapresiasi dukungan Yaman terhadap gagasan MPR RI membentuk Forum Consultative Assembly. Melalui Forum ini, Yaman dan juga berbagai negara lainnya diberikan waktu untuk menyampaikan pendapatnya tentang kondisi apapun yang dihadapi dunia, termasuk tentang konflik yang terjadi di negaranya. Nantinya Forum bisa berkontribusi mencarikan solusi yang komprehensif dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi berbagai negara dunia.
"Dukungan Yaman tersebut tidak lepas dari hubungan bilateralnya dengan Indonesia selama ini sudah terjalin dengan baik, karena kedua bangsa memiliki kaitan emosional dan historis, khususnya terkait dengan sejarah penyebaran agama Islam ke Indonesia di masa lampau. Kerja sama Indonesia dan Yaman selama ini terfokus pada penguatan kerja sama ekonomi serta peningkatan diplomasi sosial budaya," urai Bamsoet.
"Selama periode 1990-2015, hubungan perdagangan Indonesia dan Yaman telah meningkat cukup pesat. Bahkan di bidang pendidikan dan keagamaan telah menunjukkan perkembangan yang cukup positif karena kedua negara telah memiliki payung hukum kerjasama tersebut. Namun kemudian menjadi tersendat akibat konflik di Yaman yang terus berkelanjutan khususnya pada periode 2014-2015," imbuhnya.
Bamsoet menyampaikan MPR RI menyambut baik berbagai permintaan Yaman kepada Indonesia, antara lain tawaran agar Indonesia bisa memanfaatkan tenaga pendidik dari Yaman yang bergelar doktor hingga profesor untuk mengajar di Indonesia. Akibat konflik berkepanjangan, mereka mereka tidak bisa mengajar di Yaman.
Selain itu, Bamsoet menjabarkan Yaman juga meminta bantuan Indonesia untuk memberikan beasiswa kepada rakyatnya untuk menempuh pendidikan di Indonesia. Khususnya di berbagai disiplin ilmu yang dapat berguna untuk membangun kembali Yaman pascakonflik, seperti di bidang studi arsitektur dan teknik.
"Sebagai sahabat, MPR RI akan mendorong pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri untuk memberikan perhatian lebih terhadap rakyat Yaman. Dasarnya adalah kemanusiaan, membantu saudara kita yang sedang mengalami musibah, tanpa perlu mencampuri urusan dalam negerinya," ujar Bamsoet.
(ega/ega)