MPR RI siap menyelenggarakan Konferensi Internasional Ketua Majelis Permusyawaratan, Majelis Syura atau Nama Sejenis Lainnya dari Negara-Negara Anggota Organisasi Kerja Sama Islam di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat pada 24-26 Oktober 2022 mendatang. Hal ini diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal MPR RI Ma'ruf Cahyono.
"Penyelenggaraan konferensi internasional yang diikuti Ketua Majelis Permusyawaratan, Majelis Syura, negara-negara anggota kerja sama Islam ini dalam rangka curah pandangan pembentukan Forum MPR Dunia atau nama lainnya yang nanti disepakati delegasi. Kita sudah melakukan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Kementerian Luar Negeri, dan pihak-pihak terkait lainnya," ujar Ma'ruf dalam keterangannya, Minggu (23/10/2022).
Ma'ruf menyebutkan konferensi internasional ini dilaksanakan dengan maksud membahas tentang urgensi keberadaan Forum MPR Dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Konferensi membahas bagaimana sinergitas atau hubungan antar-parlemen diperlukan untuk menghadapi tantangan-tantangan ke depan dalam mewujudkan tatanan dunia yang harmonis, beradab, dan adil," ucapnya.
"Insya Allah Forum Majelis Permusyawaratan Rakyat atau nama lainnya jika terbentuk nanti bisa menjadi alternatif forum lembaga-lembaga yang sudah ada. Nanti, pada hari terakhir konferensi internasional ini, akan ada pernyataan atau komunike bersama dari para delegasi," tambah Ma'ruf.
Ia juga menyatakan MPR RI telah siap baik secara teknis maupun administratif untuk mendukung penyelenggaraan konferensi internasional tersebut.
"MPR sudah mempersiapkan semua yang diperlukan, mulai dari penjemputan delegasi di Bandara, transportasi serta akomodasi selama di Bandung. Juga kesiapan yang terkait dengan bahan dan materi serta bahasan untuk fasilitasi curah pendapat pembentukan Forum MPR Dunia atau nama lainnya nanti," ungkapnya.
Ma'ruf menyampaikan pembukaan konferensi internasional itu akan berlangsung di Bandung dan dihadiri oleh 15 delegasi negara-negara yang tergabung dalam organisasi kerja sama Islam dan organisasi internasional. Konferensi internasional itu rencananya akan dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin.
"Sampai saat ini sebanyak 15 delegasi atau negara yang sudah memastikan siap hadir mengikuti konferensi internasional ini," tuturnya. Beberapa negara yang hadir di antaranya Arab Saudi, Maroko, Iran, Mesir, Yaman, Malaysia. Setelah pembukaan di Gedung Merdeka, pertemuan para ketua majelis permusyawaratan atau majelis syura digelar di Hotel Pullman.
Lebih lanjut, Ma'ruf mengatakan pembukaan konferensi akan digelar di Gedung Merdeka, Bandung. Beberapa bagian gedung bersejarah tempat Konferensi Asia Afrika (KAA) pada tahun 1955 seperti aula, bagian sayap barat gedung, maupun ruangan VIP juga sudah direnovasi.
Ma'ruf menjelaskan alasan MPR RI memilih Kota Bandung sebagai tempat penyelenggaraan konferensi internasional lantaran kota tersebut memiliki nilai historis atau sejarah. Bandung pada tahun 1955 menjadi tempat diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika (KAA) yang telah mendorong sejumlah negara di Asia-Afrika meraih kemerdekaan dan lepas dari penjajahan.
"Kita ingin nilai historis itu menjadi spirit bahwa persatuan dan kerjasama negara-negara tentu mempunyai pijakan sejarah," imbuhnya.
Untuk mengingat kembali KAA 1955, lanjut Ma'ruf, salah satu agenda pada pembukaan konferensi internasional adalah historic walk yang dilakukan para delegasi dari Gedung Savoy menuju Gedung Merdeka. Delegasi nantinya juga berkeliling melihat bangunan Gedung Merdeka yang menjadi cagar budaya tempat KAA tahun 1955, dan dilanjutkan dengan kunjungan ke Museum KAA usai acara pembukaan konferensi.
Ma'ruf menerangkan selain sebagai tempat penyelenggaraan KAA, Gedung Merdeka juga punya keterkaitan dengan MPR. Gedung tersebut merupakan kantor MPR (waktu itu bernama MPRS) pada tahun 1960-1971.
"Ini juga bagian mengapa penyelenggaraan konferensi internasional dalam rangka curah pendapat pembentukan Forum MPR Dunia ini diselenggarakan di Bandung," tuturnya.
Ma'ruf mengungkapkan MPR telah menginisiasi gagasan pembentukan Forum MPR Dunia sejak tahun 2019. Gagasan ini muncul ketika pimpinan MPR bertemu dengan Ketua Majelis Syura Saudi Arabia di Riyadh dan Ketua Majelis Syura Maroko di Rabat.
Sayangnya, upaya untuk merealisasikan gagasan pembentukan Forum MPR Dunia tersebut terkendala pandemi COVID-19.
"Gagasan pembentukan Forum MPR Dunia ini dilatarbelakangi atas kebutuhan untuk menghadirkan tatanan dunia yang harmonis dan berkeadaban. Gagasan ini disambut baik beberapa negara-negara anggota organisasi kerja sama Islam. Dengan gagasan ini, Indonesia ingin ikut mewujudkan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial sesuai dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945," tandasnya.
Simak juga 'Bamsoet Minta Sistem Demokrasi RI Dievaluasi':