Kekeringan Terasa, Sapi Boyolali Diberi Camilan Pohon Pepaya
Kamis, 13 Jul 2006 16:48 WIB
Boyolali - Di Boyolali, kekeringan mulai dirasakan warga di daerah sentra peternakan sapi perah yang membutuhkan suplai air minum ternak. Kekurangan rumput juga diantisipasi dengan memperbanyak makanan selingan, termasuk batang pohon pepaya. Kecamatan Musuk, Boyolali, merupakan salah satu daerah penghasil susu utama di Boyolali. Ribuan sapi perah dipelihara warga di daerah tersebut. Namun semenjak awal bulan Juli ini, warga setempat harus memulai "tradisi" memberi makanan tambahan lebih dari biasanya karena persediaan rumput bagi ternak mulai menipis. Pujo Supomo, warga Dusun Tempel Desa Jemowo, misalnya, harus menghidupi delapan ekor sapi perah miliknya dengan tambahan makanan yang disebut komboran yaitu bekatul, konsentrat, singkong dan batang pohon pepaya yang dicampur dengan air. Khusus batang pepaya yang dicacah memang diberikan untuk mengencerkan air susu. Namun di musim kemarau komposisinya ditambah. "Untuk pengganti rumput yang mulai sulit didapat," kata dia saat ditemui di kandang ternaknya, Kamis (13/7/2006). Sedangkan untuk persediaan minum manusia maupun ternak, warga desa tersebut hingga saat ini masih mengandalkan tendon air hujan yang belum habis. Setelah tendon itu habis maka terpaksa harus membeli dari penjual air bersih yang biasa menjual keliling di kawasan lereng Merapi tersebut setiap kemarau tiba. Pujo memiliki dua bak penampung cukup besar sehingga hingga saat ini dia masih dapat mengandalkan air hujan itu untuk kebutuhan memasak, minum, mandi maupun kebutuhan ternak. Sedangkan beberapa tetangganya sudah ada yang mulai membeli. "Kalau di awal-awal kemarau seperti sekarang satu tanki air sebanyak 5.000 liter seharga Rp 55 ribu, nanti kalau sudah puncak kemarau antara bulan Agustus hingga September harganya bias mencapai Rp 75 hingga 80 ribu," ujar Ny Sadiyah, warga Tempel. Menurut Pujo, untuk delapan sapi dibutuhkan satu tanki air setiap dua pecan. Kebutuhan lainnya adalah membeli singkong dan konsentrat. Padahal dari delapan ekor sapi itu, baru empat ekor yang memproduksi susu. "Jika kondisi normal pemerahan bisa dilakukan dua kali dalam sehari, namun kalau kurang air ya sehari hanya sekali pemerahan. Sekali pemerahan pada empat ekor sapi menghasilkan 16 liter susu. Harga satu liter di KUD sebesar Rp 1.400 hingga 1.500," paparnya.
(nrl/)