Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali menyoroti fanatisme sepakbola hingga penggunaan gas air mata di tragedi Kanjuruhan. Pasalnya, keberadaan stadion yang layak untuk pertandingan besar masih sedikit di Indonesia.
"Kecintaan terhadap klub yang berlebihan. Ini kan diawali dengan mereka kecewa, karena kalah sudah berapa kali. Dan di kandang (tempat sendiri) kan, orang itu selalu berharap bahwa main di kandang itu menang," ujar Zainudin kepada detikcom, Selasa (4/10/2022).
Fanatisme sepakbola di Indonesia, kata Zainudin, masih sangat bersifat kedaerahan. Jadi konflik bisa terjadi usai pertandingan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penggemar atau pendukung fanatik itu luar biasa. Sehingga kecewa, marah terhadap kekalahan itu. Kita masih ingat pada saat piala Menpora berakhir tahun 2020, bagaimana markasnya Persib rusak oleh suporternya. Itu kekecewaan yang berlebihan."
Zainudin menjelaskan pentingnya edukasi untuk suporter sepakbola. PSSI sendiri juga akan dilibatkan dalam proses edukasi para suporter klub sepakbola ini.
"Apalagi nih suporter ini dalam undang-undang keolahragaan, Undang-Undang Nomor 11 sudah ada pengaturannya. Bahkan mereka memang dikategorikan sebagai bagian dari klub," ujarnya.
Untuk menggapai seluruh suporter, kata Zainudin, agak sulit dibenahi. Karena itu, manajemen klub harus membuat struktur dengan dibentuk korwil (koordinator wilayah) suporter.
"Korwilnya, itu harus benar-benar harus diberi tanggung jawab dengan di wilayah itu. Kalau terjadi apa-apa, ini ada lho yang tanggung jawab," paparnya.
Selain fanatisme, Zainudin menyoroti keamanan stadion hingga penggunaan gas air mata di lapangan tertutup. Pasalnya, jumlah stadion yang sesuai dengan kriteria FIFA di Indonesia masih dalam hitungan jari.
"Ya, kalau Kanjuruhan ini kalau standar FIFA ya, itu belum standar. Kalau lihat itu, cuma memang ya, rata-rata stadion kita seperti itu di daerah daerah seperti itu dan hanya ada di beberapa tempat yang sudah standar. Saya kira ya harus diatasi betul oleh panitia dengan kondisi yang begitu," paparnya.
Sementara itu, soal penggunaan gas air mata, Zainudin mengatakan proses investigasi masih berlanjut. Dia juga masih mengkaji peraturan FIFA dengan peraturan sepakbola di Indonesia.
"Makanya itu masih perlu dikonfirmasi dan yang bisa di konfirmasi itu adalah PSSI dan FIFA. Kalau kita kan nggak bisa masuk ke dalam itu," pungkasnya.
(edo/ed)