Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor menindaklanjuti masalah limbah B3 atau timbal yang berasal dari pembakaran aki bekas. Pemkab turut menggandeng UNICEF dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
"Kami menerima UNICEF Indonesia dan Kementerian LHK, dimana Pemkab Bogor diminta mendukung langkah-langkah aksi mulai dari tahapan kajian, pelaksanaan, dan juga pasca pelaksanaan dengan aksi-aksi konkrit," kata Plt Bupati Bogor Iwan Setiawan melalui keterangannya, Sabtu (8/10/2022).
Iwan menyebut aksi pengurangan keracunan timbal pada anak akan digelar di bulan ini pada tiga titik di wilayah Kabupaten Bogor. Menurutnya, dampak keracunan kepada anak bisa menurunkan kecerdasan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari hasil kajian, dampak masalah yang dihasilkan sangatlah berbahaya khususnya untuk anak-anak. Anak-anak akan sangat berdampak, terutama di saat masa pertumbuhan dapat menurunkan tingkat kecerdasan," ucapnya.
"Atas dampak ini, kita tidak akan memberikan toleransi terkait kegiatan pembakaran aki bekas," imbuh dia.
Iwan dengan tegas kita minta Satpol PP untuk menutup kegiatan-kegiatan ilegal tersebut. Terutama karena sudah sejak lama beroperasi di Kabupaten Bogor.
"Istilahnya kita lakukan kegiatan 'Nobat' atau nongol-babat," ujarnya.
Terpisah, Kepala Perencanaan UNICEF Indonesia Silas Rapold menuturkan daur ulang aki bekas diduga menjadi salah satu sumber pencemaran yang menghasilkan timbal. Menurutnya, dampak pencemaran terhadap lingkungan juga besar.
"Timbal adalah sumber pencemarannya, termasuk daur ulang aki bekas dan cat yang mungkin mengandung timbal. Paparan pencemaran timbal ini bisa mencapai masyarakat dan dampak terhadap lingkungannya besar," tutur Silas.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Tonton juga Video: Penampakan Mobil Angkot di Jakbar Terbakar Gegara Aki Korsleting
Silas melanjutkan, terutama untuk anak-anak dampaknya lebih besar lagi daripada dampak pada orang dewasa. Contoh yang paling besar adalah penurunan terhadap IQ yang sifatnya permanen, dan juga untuk orang dewasa yang sedang masa kehamilan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Yayasan Pure F Indonesia dan Institut Teknologi 10 November, mereka melakukan studi lapangan melihat ada kontaminasi timbal di tanah di berbagai wilayah di Jawa dan Sumatra. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dilanjutkan dengan menggabungkan kriteria-kriteria lain, termasuk komitmen dari Pemda dan populasi masyarakat yang menghadapi resiko pada timbal yang tinggi itu.
"Dari proses tersebut, ada lima lokasi yang menghadapi tantangan tinggi. Akhirnya dua wilayah yakni Kabupaten Bogor dan Tegal yang menjadi lokasi prioritas," ungkap Silas.