Nobar di Istana: Ellyas Pical, Wedhang Ronde & Dominasi Azzuri

Nobar di Istana: Ellyas Pical, Wedhang Ronde & Dominasi Azzuri

- detikNews
Senin, 10 Jul 2006 13:14 WIB
Jakarta - Pesta Piala Dunia 2006 telah berlalu. Namun nonton bareng (nobar) di Istana Negara masih menjadi cerita yang menarik. Nobar ini memang sungguh menarik. Sebab sepanjang sejarah Indonesia merdeka, baru sekali ini Kepala Negara RI mengadakan acara nonton bareng siaran langsung final Piala Dunia. Apalagi bertempat di Istana Negara, Jakarta. Pada kesempatan nonton bareng siaran langsung final Piala Dunia 2006 ini, Presiden SBY sengaja mengundang para atlit nasional, pegawai sekretariat kepresidenan, paspampres dan para wartawan yang bertugas di Istana Kepresidenan. Jelas undangan ini disambut gembira. Sepanjang Senin (10/7/2006) dini hari, sekitar seratusan orang memadati Istana Negara. Gelak tawa, teriakan gemas, gerutuan, dan pekik sorak sorai gembira bebas membahana di gedung yang merupakan kediaman resmi SBY dan keluarga tersebut. Kegaiatan bersifat informal itu, mendapat disambut baik. Sebab secara tidak langsung merupakan bentuk penghormataan dan penghargaan Kepala Negara kepada para atlit yang telah mengharumkan nama bangsa di pentas internasional. "Bangga dong diundang Presiden ke Istana. Semoga ada lagi (nonton bareng presiden). Tidak cuma Piala Dunia, tapi juga (pertandingan olahraga) lainnya terutama kalau yang main Indonesia," kata Ellyas Pical, mantan juara dunia tinju pada pertengahan 1980-an, yang pernah kesandung kasus narkoba. Atas harapan di atas, menurut Achmad Rusdi -- kepala biro rumah tangga kepresidenan RI -- bukan mustahil. Tentunya sepanjang tidak bertabrakan dengan jadwal kerja Kepala Negara. Lebih penting lagi stasiun televisi nasional yang memegang hak siaran langsung acara pertandingan bersangkutan bersedia membantu. "Itu semua kan SCTV yang menyediakan. Kita (sekretariat kepresidenan) mana punya," ujarnya sambil menunjuk layar monitor berukuran 3x5 meter di ujung aula Istana Negara. SBY dan Tiga Menteri Pro ItaliaTiga dari empat orang anggota Kabinet Indonesia Bersatu, mendukung Italia. Sepanjang pertandingan final Piala Dunia 2006 dini hari tadi, mereka gencar semangati aksi Del Piero dkk. Ketiganya adalah Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meuthia Hatta. "Ini bukan janjian lho. Kita baru tahu juga di sini. Kalau Mbak Sri (Menkeu Sri Mulyani) saya tidak tahu (mendukung kesebelasan) apa," kata Mendag. Meski mengaku tahu sepak bola karena pengaruh suasana kerja di kantor belakangan ini, tiga menteri perempuan tidak asal-asalan beri dukungan, apalagi hanya karena kepincut wajah ganteng Fransisco Totti. Tapi didasarkan pada perhitungan praktis bahwa jajaran pemain Italia usianya relatif lebih muda dibanding Perancis."Mereka lebih punya vitalitas kejar bola. Lihat saja bola-bola panjangnya nggak bisa dicegat Perancis," ujar Mari memberi analisa jalannya paruh pertama pertandingan sambil menikmati wedhang ronde. Selain tiga menteri di atas, menteri lainnya berserta sebagian besar atlet dan wartawan hadirin nonton bareng adalah pendukung Italia. Termasuk juga Presiden SBY sendiri."Karena istri (Ny. Ani Yudhoyono) sudah pilih Perancis, ya saya pilih Italia," ujar SBY tentang alasan dukungannya. Sepanjang jalannya pertandingan, SBY berusaha tetap cool, menjaga luapan ekspresinya. Hanya sesekali saja ia mengomentari jalannya pertandingan dengan Ny. Ani Yudhoyono dan Menlu Hassan Wirajuda yang duduk di samping kiri dan kanannya. Sebaliknya Ny. Ani Yudhoyono yang mendukung Perancis, justru terlihat lebih ekspresif berikan dukungannya pada Zidane saat menusuk wilayah pertahanan Italia. Demikian juga dengan putra bungsunya, Edi Baskoro. Namun karena komposisi hadirin di Istana Negara didominasi pendukung Italia, tak pelak teriakan tegang membahana setiap kali kesebelasan Prancis menyerang. Pun sebaliknya saat bola dikuasai tim Azzuri. Sorak sorai genbira justru terjadi ketika Zidane diusir dari lapangan akibat kapten kesebelasan Perancis itu menanduk Marco Mentrazzi. Puncaknya adalah sepanjang babak adu penalty yang memastikan Italia memenangi Piala Dunia untuk keempat kalinya. Dubes Perancis Legowo Meski menyesali diusirnya Zidane dari lapangan, Renauld Vignal -- Duta Besar Perancis untuk Indonesia -- legowo menerima keputusan tegas wasit pertandingan final Piala Dunia 2006 itu. "Itu (kartu merah) sudah tepat. Tindakan dia (Zidane) yang emosional memang salah," ujarnya menjawab pertanyaan wartawan yang mencegatnya usai acara nonton bareng di Istana Negara.Sepanjang jalannya pertandingan, Vignal terlihat tegang tapi santai. Semua aksi serangan berbahaya Italia dan Perancis, dikomentarinya bersama Menlu Hassa Wirajuda yang duduk di sebelahnya. Sebaliknya Francesco Fanil -- kuasa usaha duta besar Italia di Indonesia -- tidak bisa menutupi ketegangannya. Sepanjang jalanya pertandingan, ia mengatupkan dua telapak tangannya ke mulut dan menegakkan punggung setiap kali Zidane menusuk daerah pertahanan Italia. Mungkin saking teganggnya, ia tidak tahu siapa pemain yang jadi penentu kemenganan 5:3 kesebelasan nasionalnya melawan Perancis. "Ini kan kerja sama tim. Kemenangan ditentukan bersama. Pokoknya saya senang," kilahnya. Usai gol pinalti pamungkas yang memastikan Piala Dunia diboyong kembali ke Italia untuk kempat kalinya, Fanil dan Vignal yang semula duduk terpisah sejarak lima meter langsung berpelukan. Sebelum meninggalkan Istana Negara, keduanya menyempatkan berfoto bersama Presiden SBY yang menjadi tuan rumah acara nonton bareng dini hari ini. (nrl/)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads