Lulusan Paket C Menatap Suram Masa Depan

Jakarta - Bayangan kerja kantoran selalu hadir di benak Eko saat mendaftar Paket C di Pasuruan, Jawa Timur. Pelan namun pasti impiannya sirna. Jangankan kerja kantoran, mendaftar jadi jongos pun tidak diterima.Demikian dikisahkan Eko (22) kepada detikcom, Minggu (9/7/2006). Dia mengaku tak tahu arah nasibnya setelah lulus Paket C. Ijazahnya selalu ditolak di setiap perusahaan, dan dia pun diejek memiliki kecerdasan dibawah rata-rata."Tahu bakal begini, lebih baik saya ulang kelas satu lagi di STM Pasuruan. Rugi setahun tapi punya masa depan," sesal Eko.Waktu itu, Eko diiming-imingi petugas panitia Paket C yang juga salah satu Kepala Sekolah di Pasuruan. Ketika tahu Eko tidak naik kelas, Eko ditawari Paket C. Dia dijanjikan jaminan kerja."Saya heran dengan pemerintah. Kalau memang ijazah ini tidak berguna kenapa diadakan? Apa tujuannya kalau saya selalu diremehkan?" keluhnya.Tidak hanya kalangan swasta, untuk mendaftar CPNS pun ijazahnya tidak dilirik. "Saya daftar bersama teman-teman seangkatan tapi tak ada satu pun yang dipanggil,"Ijazahnya pernah dibuang satpam pabrik air mineral Pasuruan. Bahkan untuk mendaftar kerja di pabrik konveksi, Eko diminta memiliki ijazah kursus yang berhubungan dengan kerjanya.Tidak habis asa, Eko mencoba melamar di pabrik kue di Bangil, Pasuruan bersama temannya. Eko memakai ijazah Paket C, dan temannya memakai ijazah SMP. Namun yang diterima bekerja malah temannya yang memakai ijazah SMP. Eko pun terpaksa gigit jari.Bukan hanya itu ternyata Eko pun dipersulit setiap melegalisir ijazahnya ke kantor Dinas Pendidikan setempat. "Buat yang mendaftar kuliah, mungkin ijazah Paket C bisa digunakan. Tapi saya tidak punya uang untuk kuliah, otomatis ijazah terakhir saya hanya paket C," curhat Eko. (fay/)